Makanan Indeks Glikemik Tinggi Picu Jerawat | OTC Digest

Makanan Indeks Glikemik Tinggi Picu Jerawat

Penelitian menunjukkan jerawat lebih kerap muncul pada masyarakat modern dibanding masyarakat tradisional. Apa sebabnya?

“Karena masyarakat modern lebih kerap mengonsumsi makanan yang indeks glikemiknya tinggi. Mereka juga lebih rentan terkena stres. Padahal itu semua adalah beberapa penyebab munculnya jerawat,” terang dr. Gloria Novelita, SpKK, dari Klinik BeYouTiful, Jakarta.  

Ia menegaskan bahwa pola diet berpengaruh pada jerawat terutama makanan yang tinggi kalori dan tinggi lemak. Makanan tersebut mampu merangsang pengeluaran minyak di kulit.

Selama ini masyarakat menganggap makanan yang amis seperti telur ayam, kacang-kacangan atau coklat dapat memicu jerawat. “Itu masih mitos, belum ada penelitan pasti yang menjelaskan hubungan makanan-makanan tersebut dengan keluarnya jerawat,” jelas dr. Gloria.

Baca juga : Awas, Jerawat Bisa Sebabkan Demam

Penelitan menunjukkan makanan berindeks glikemik (IG) tinggi, yakni yang cepat menaikkan gula darah, dianggap memiliki efek langsung pada perburukan jerawat karena memicu fluktuasi hormon.

Makanan dengan indeks glikemik tinggi akan meningkatkan kadar hormon dalam tubuh, termasuk insulin dan merangsang produksi kelenjar minyak. Pada tahun 2007 studi di Australia menunjukkan remaja pria yang menjalankan pola makan indeks glikemik rendah mengalami perbaikan signifikan pada jerawat mereka.

Susu juga dianggap berpengaruh pada jerawat karena kandungan hormonnya. Studi di Amerika Serikat yang dilakukan tim dari Universitas Harvard (tahun 2007) menemukan ada kaitan yang jelas antara konsumsi susu dengan keparahan jerawat. Justru mereka yang memilih susu rendah lemak memiliki jerawat yang lebih parah. Hal ini diduga karena proses pembuatan susu tersebut meningkatkan kadar hormon dalam produk.

Sementara itu pada kasus kosmetik, terdapat beberapa produk kecantikan yang dapat menyumbat pori-pori (komedogenik). “Alih-alih mempercantik wajah justru dapat memicu munculnya jerawat,” papar dr. Gloria.

Itu sebabnya penting juga untuk membaca kandungan dalam kosmetik tersebut. Biasanya kosmetik yang berbahan gel aman digunakan bagi mereka yang rentan berjerawat.

Obati jerawat

Kerap kali jerawat yang muncul sesekali tidak memerlukan perawatan khusus. Tapi bagaimana jika jerawat itu tumbuh “menjamur” di wajah? Sudah tentu membutuhkan penanganan.

Perawatan terbaik adalah menghambat produksi sebum (minyak), membatasi pertumbuhan bakteri atau mendorong pengelupasan sel kulit menghilangkan sumbatan di pori-pori.

Selama bertahun-tahun dokter menerapkan “golden standard” untuk perawatan jerawat tingkat ringan sampai sedang. Yakni kombinasi benzoil peroxida (yang akan mencegah penyumbatan pori-pori wajah) dan salep antibiotik / salep berbasis belerang untuk memerangi bakteri. Pada orang-orang tertentu membutuhkan obat berupa asam retinoik untuk mempercepat proses pembersihan.

“Berikan waktu buat obatnya untuk bekerja,” ujar dr. Gloria.

Biasanya membutuhkan waktu sekitar empat minggu untuk penyembuhan jerawat tingkat sedang. Benzoil peroxida diaplikasikan dalam banyak produk, mulai dari krim, losion, sabun muka dan gel. Yang perlu diperhatikan adalah benzoil peroxida dapat menyebabkan kulit kering. 

Benzoil peroksida sudah dikembangkan sejak tahun 1920. Bahan ini sebenarnya sangat reaktif dan beracun. Kebanyakan orang bisa menolerir konsentrasi benzoil peroksida hingga sebesar 2,5%. Jika pada konsentrasi ini kulit masih tidak menunjukkan gejala efek samping, kandungan yang lebih tinggi bisa digunakan. Orang yang memiliki kulit sensitif mungkin akan mengalami kulit kering atau kulit wajah memerah seperti terbakar setelah menggunakan benzoil peroksida.

Obat jerawat lain yang sering digunakan adalah yang mengandung asam salisilat. Obat jenis ini efektif untuk mengobati jerawat ringan hingga sedang. Orang dengan jerawat parah mungkin akan mendapatkan hasil yang minimal dan harus menggunakan metode lain yang lebih kuat.

Asam salisilat bisa membuat kulit terkelupas lebih cepat untuk menghilangkan sumbatan folikel sekaligus menyingkirkan kelebihan minyak pada kulit.

Kemudian antibiotik. Bisa diberikan dalam bentuk oles maupun oral. Antibiotik bekerja dengan mematikan bakteri yang menyebabkan peradangan. Ada beberapa jenis produk antibiotik oles seperti krim, gel atau losion. Sayangnya antibiotik oles tersebut memiliki kemampuan meresap dan membersihkan bagian dalam jerawat yang terbatas.

Kemudian antibiotik oral. Akan disebarkan dari dalam tubuh ke kelenjar sebaceous yang memroduksi minyak. Walau kadang antibiotik oral memberikan efek samping lebih banyak dibanding antibiotik oles, tapi mereka memiliki jangkauan lebih luas untuk mengatasi beberapa jenis jerawat. Beberapa jenis antibiotik yang kerap digunakan seperti tetracycline, oxytetracycline, minocycline dan doxycyline.

Ada pula obat jerawat yang berbahan dasar vitamin A atau retinoid. Digunakan secara oles atau oral. Cara kerjanya dengan menormalkan pertumbuhan sel kulit. Dapat digunakan sebagai obat kombinasi dengan benzoil peroxide dan antibiotik. Obat ini tidak diperbolehkan untuk wanita hamil, menyusui atau yang menggunakan kontrasepsi.

Memilih sabun muka

Perawatan jerawat dan menjaga kebersihan wajah adalah penting untuk mencegah timbulnya jerawat atau membuat jerawat tidak bertambah parah.

Caranya, “Cuci muka dengan sabun pembersih yang bersifatnya astringent, atau mengecilkan pori-pori. Facial hanya boleh dilakukan pada jerawat yang tanpa radang,” papar dr. Gloria.

Membasuh wajah dengan pembersih muka minimal dua kali sehari, pagi dan sebelum tidur dapat menghilangkan minyak yang berlebihan. “Pembersih wajah jangan yang iritan, jadi yang seringan mungkin, boleh juga pakai pembersih yang mengandung obat jerawat. Setelah itu gunakan obat jerawat yang dijual bebas,” tambah dr. Gloria.

Hindari penggosokkan / scrubbing yang terlalu kuat yang justru dapat melukai kulit, dan membuat jerawat semakin meradang.  (jie)