Kenapa Lansia Tidak Boleh Berlebih Minum Air Putih? | OTC Digest

Kenapa Lansia Tidak Boleh Berlebih Minum Air Putih?

Agar sehat, minum air putih 8 gelas per hari. Anjuran ini, ternyata tidak berlaku pada lansia. Bagi lansia, terlalu banyak asupan cairan dapat berbahaya karena akan memicu keluarnya natrium yang terlalu banyak. Akibatnya tubuh kekurangan natrium (hiponatremia).

Pada usia 60 tahun ke atas, terjadi perubahan fisiologis pada tubuh. Antara lain, kenaikan kadar hormon antidiuretik (ADH) dan kadar ANP (atrial Natriuretic Peptide – hormon yang dihasilkan di otot jantung yang mempengaruhi tekanan darah). ADH sendiri menyebabkan tubuh menahan air dan melarutkan natrium dalam darah.

Perubahan lain adalah menurunnya berbagai fungsi tubuh. Seperti, laju penyaringan glomerulus (salah satu pembuluh darah di ginjal), kemampuan pemekatan urin, kadar aldosteron (hormon steroid yang memantau konsentrasi garam darah). Dan, volume air total tubuh berkurang (54-46 %).

Kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air ikut menurun. Akibatnya, ketika air masuk dalam jumlah lebih, cenderung terjadi penumpukan cairan. Menurut Dr. dr. Parlindungan Siregar, SpPD. KGH dari Divisi Ginjal-Hipertensi FKUI / RSCM, kondisi itu dapat menyebabkan hiponatermia atau kekurangan natrium dalam plasma darah, karena terbuang melalui urin.

Natrium (Na) dalam tubuh merupakan mineral penting. Kebutuhannya sekitar 2% dari total mineral tubuh. Orang dewasa membutuhkan natrium 200-500 mg/ hari atau sekitar 0,9% dari volume darah di tubuh, untuk menjaga kadar garam dalam darah tetap normal.

Beratnya gejala dipengaruhi oleh kecepatan penurunan natrium. Jika natrium turun perlahan-lahan gejala yang tampak tidak parah. Otak sangat sensitif terhadap jumlah natrium dalam darah. Gejala awal kekurangan Na ditunjukkan dengan letargi (kesadaran menurun seperti pada orang yang tertidur lelap, dapat dibangunkan tapi segera tertidur lagi).

Kekurangan natrium dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak menetap, bahkan  menyebabkan kematian. Penelitian oleh Gankam dkk., menunjukkan lansia yang mengalami hiponatermia kronik (berlangsung dalam waktu lama) mudah mengalami patah tulang.

Risiko hiponatermia makin tinggi pada penderita gangguan ginjal kronik, gagal jantung dan orang dengan fungsi kelenjar adrenal tidak baik (penyakit Addison).

Waspada dehidrasi

Selain pembatasan asupan air minum, menurut dr. Parlindungan, hal penting terkait asupan air pada lansia adalah menurunnya kepekaan rasa haus. Kondisi itu rentan membuat lansia dehidrasi tanpa disadari.

Kepekaan yang menurun bisa membuat lansia tidak minum seharian, karena tidak merasa haus; kerap kali mereka juga malas minum.

“Asupan air optimal pada lansia sebanyak 1 liter/hari dan tidak dianjurkan minum lebih dari 1,5 liter/hari. Lansia harus tetap minum meski tidak haus. Keluarga harus membantu memastikan, kerabat lansia mereka cukup minum,” paparnya.

Air putih – selama tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, bebas kuman dan racun - adalah yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan cairan tubuh, karena sifatnya netral. (jie)