Kenali Aneurisma dan gejala sakit kepala hebat yang menandainya | OTC Digest

Kenali Aneurisma dan gejala sakit kepala hebat yang menandainya

Aneurisma merupakan pelebaran dinding pembuluh darah karena lemahnya struktur dinding tersebut. Umumnya terjadi pada pembuluh arteri /nadi (arteri otak, arteri jantung, aorta , arteri poplitea, dsb).

Menyebabkan terjadinya benjolan -seperti balon- di dinding pembuluh darah. Seiring waktu benjolan akan bertambah besar, berisiko pecah dan menyebabkan stroke perdarahan.

Menurut Dr. dr. Mardjono Tjahjadi, SpBS, PhD, dari RS Pondok Indah, Jakarta, akibat tekanan darah yang terus menerus, dinding pembuluh darah yang ‘cacat’ tersebut menjadi menipis.

“Semakin lama akan membalon dan bisa pecah. Bila sudah pecah darah akan merendam otak, tidak bisa disedot, sehingga terjadi kerusakan otak,” katanya.

Aneurisma terjadi karena kelainan bawaan, faktor genetik (ada riwayat aneurisma dalam keluarga), atau penyakit jaringan ikat (sindroma Marfan atau Ehler-Danlos). Diperburuk oleh gaya hidup seperti menderita hipertensi, merokok, atau konsumsi alkohol berlebih.

Diperkirakan satu dari 100 orang mengalami aneurisma. Kejadian pada wanita lebih banyak dibanding pria, terutama berusia di atas 40 tahun, atau ada riwayat cedera pada dinding pembuluh darah.

Ukuran ‘balon’ pembuluh darah yang sangat kecil (diameter < 3 mm) kerap kali tidak menimbulkan gejala. Ukuran kantong aneurisma dapat membesar seiring waktu (bertahun-tahun) bila gaya hidup pasien tidak berubah/dilakukan tindakan penyumbatan.

Berdasarkan ukuran kantongnya, aneurisma digolongkan menjadi aneurisma kecil bila diameter kantong antara 3-7 mm, kelompok sedang  (7-14 mm), kelompok besar (14-24 mm), dan aneurisme sangat besar bila > 24 mm.

“Semakin besar ukurannya akan semakin mudah pecah. Aneurisme dengan ukuran > 3 mm harus segera dilakukan penyumbatan,” ujar dokter yang akrab dipanggil Tio tersebut.  

Gajala

Seiring membesarnya ukuran kantong aneurisma bisa muncul gejala. Dijelaskan oleh dr. Rubiana Nurhayati, SpS, dari RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Tangerang, sakit kepala yang berdenyut adalah salah satu penanda aneurisma, walau tidak semua sakit kepala berdenyut adalah gejala aneurisma.  

“Penanda yang khas adalah sakit kepala berdenyut (bukan nyeri) di satu sisi kepala yang sama, bisa hilang timbul (berulang), mual, muntah, kadang sampai disertai rasa baal dan kesemutan satu sisi tubuh (hilang timbul).“

Bila kantong aneurisma pecah – dikategorikan sebagai stroke perdarahan – ditandai dengan sakit kepala hebat timbul mendadak, muntah, penurunan kesadaran, leher terasa kaku dan silau pada cahaya, kelumpuhan satu sisi tubuh, kelumpuhan saraf kranialis (mulut mencong, bicara pelo), bahkan kejang.

“Bila sampai pecah, tindakan yang dilakukan oleh dokter adalah seperti saat mengatasi stroke perdarahan. Itu sebabnya penting melakukan pencegahan jangan sampai aneurisma pecah. Dengan deteksi dini,” tegas dr. Rubi.

Aneurisme sebaiknya disumbat sebelum pecah, karena tingginya (50%) risiko kematian setelah pecah. Dari mereka yang selamat, sekitar 2/3 nya mengalami kecacatan.  

Deteksi dan terapi aneurisma

Mereka yang berisiko tinggi menderita aneurisma, terutama bila di usia muda (<40 tahun) kerap merasakan sakit kepala berdenyut di lokasi yang sama, disarankan melakukan pemeriksaan CT-scan, MRI (magnetic resonance imaging) / MRA (magnetic resonance angiography) otak.

BIla ada kecurigaan dari hasil MRA, akan ditindaklanjuti dengan DSA (digital subtraction angiography) atau CTA (computed tomography angiography).

“DSA masih menjadi golden standard penegakan diagnosis aneurisma. Akurasinya 99%,” ujar dr. Tio dalam diskusi media bertema ‘Mengenal Aneurisma, Si Silent Killer’, di Jakarta (24/9/2019).

Terapi aneurisma dilakukan dengan tiga metode; konvensional (obat-obatan), bedah dan kateterisasi. Terapi obat-obatan digunakan bila lokasi kantong aneurisma sulit untuk dilakukan pembedahan/kateterisasi.

Diberikan obat pengontrol tekanan darah (pada yang menderita hipertensi) atau pengencer darah (untuk mereka dengan darah kental).

Tindakan bedah adalah yang paling banyak dilakukan. Dilakukan insisi 3-4 mm di kepala, kemudian alat penjepit dimasukkan untuk menjepit pangkal ‘balon’ pembuluh darah. Aliran darah ke kantong aneurisme akan berhenti dan mencegah perdarahan lebih jauh.

Teknologi medis terbaru - berkembang 15 tahun terakhir – memungkinkan tindakan kateterisasi dari selangkangan dan diarahkan ke pembuluh darah otak. Koil platinum dimasukkan ke  dalam ‘balon’ aneurisme untuk menciptakan gumpalan yang menyumbat aliran darah ke dalam ‘balon’.  (jie)

Baca juga : Kenali Nyeri Kepala Tanda Aneurisma, Penyebab Stroke Usia Muda