Hemofilia Bukan Kanker | OTC Digest

Hemofilia Bukan Kanker

Hemofilia bukan kanker. “Hanya saja, kalau berdarah susah berhenti,” ujar Antonius Ari Sudana (kini 36 tahun) yang terdiagnosa hemofilia sejak umur 5 tahun.  Bagi penderita hemofilia, perdarahan harus segera diatasi agar tidak terjadi kerusakan jaringan dan menghindari kecacatan.

Perdarahan sendi berulang menyebabkan synovium (jaringan pembuat pelumas sendi ) mudah mengalami perdarahan dan pembengkakan. “Menyebabkan jaringan tulang rawan rusak dan bisa hancur. Tulang melemah dan bisa lepas dari tempatnya,” papar Prof. Dr. dr. Karmel L. Tambunan, SpPD-KHOM, FACTH., dari RSCM. Keadaan ini disebut hemophilic athritis, yang membuat penyandang hemofilia terganggu saat berjalan.

Jika pengobatan terlambat dilakukan, perdarahan makin sulit dihentikan dan perlu dosis faktor pembeku darah lebih banyak. “Penderita harus menerapkan RICE,” ucap Prof. dr. Djajadiman Gatot, SpA(K). RICE adalah Rest (istirahat). Letakkan tangan atau kaki yang berdarah ke atas bantalan atau sling penggantung. Jangan berjalan atau menggerakkan persendian yang terluka. Kompres dengan Ice (es). Letakkan kantung es di atas handuk basah pada bagian yang terluka. Setelah 5 menit, angkat es dan diamkan sekitar 10 menit. Lakukan berulang-ulang selama bagian yang terluka masih terasa panas. Ini akan meringankan rasa sakit dan memperlambat laju perdarahan.

 Lanjutkan dengan penekanan (Compression). Gunakan perban elastis untuk membalut persendian yang terluka. Tekanan yang tidak terlalu keras dari perban, dapat memperlambat perdarahan dan menyokong sendi. Cara ini juga bisa digunakan untuk perdarahan otot. Letakkan bagian yang terluka lebih tinggi (Elavation) dari jantung, untuk memperlambat keluarnya darah.

“Untuk pencegahan, dokter akan memberi konsentrat faktor VIII 2x seminggu, agar kalau anak jatuh tidak terjadi pendarahan,” kata Prof. Karmel. Setelah disuntik, sendi bisa bergerak lagi dan otot kembali kuat. (jie-nid)

Baca Juga : HIDUP NORMAL DENGAN HEMOFILIA