Efek Sinar Matahari Terhadap Kulit | OTC Digest

Efek Sinar Matahari Terhadap Kulit

Sinar matahari melimpah di negara kita yang terletak di garis Khatulistiwa. Matahari bersinar sepanjang tahun, dengan rerata 12 jam/hari. Di satu sisi, ini menguntungkan karena kita tidak akan kekurangan vitamin D. Namun sinar matahari yang melimpah ruah juga memiliki ‘sisi gelap’. “Cuaca seperti ini sangat rentan mempercepat penuaan pada kulit,” ujar dr. Gloria Novelita, Sp.KK dari klinik Beyoutiful, Jakarta

Ada 11 tingkatan /derajat ‘kegarangan’ sinar matahari. Indonesia memiliki derajat tertinggi yakni 11 atau 11+, yang berarti paparannya sangat kuat. Adapun tipe kulit ada 6; tipe 1-2 orang Kaukasia, 3-4 orang Asia, 5-6 orang Afrika. Tipe kulit 3-4 tidak cepat terbakar, tapi mudah menjadi gelap. Sebenarnya, efek menggelap bersifat sementara; kulit bisa kembali ke warna aslinya. Namun bila kulit terus menerus terpapar, warna gelap akan menetap.

 

Ultraviolet

Sinar matahari mengandung sinar yang tidak bisa dilihat dan dirasakan, disebut sinar ultraviolet (UV). Ada tiga jenis UV: UVA, UVB dan UVC. Untungnya, UVC yang sangat berbahaya diserap oleh lapisan ozon sehingga tidak sampai ke bumi. Namun, tidak halnya dengan UVA dan UVB.

Menurut dr. Gloria, UVB dengan panjang gelombang 315 – 280 nm dapat menembus lapisan kulit bagian atas (epidermis), “Efeknya langsung terlihat (akut).” Sel-sel pigmen kulit (melanosit) akan terangsang dan membentuk lebih banyak melanin, sehingga kulit menggelap dan bisa muncul flek hitam (melasma).

UVA dengan gelombang yang lebih pendek (280-100 nm), bisa masuk lebih dalam hingga ke lapisan dermis. Pada dermis, terdapat kolagen, elastin dan matriks extrafibrillar yang membentuk struktur kulit; UVA bisa merusaknya. “Kalau kolagen rusak dan ikatannya berkurang, tampak celah yang kita lihat sebagai kerut,” tutur dr. Gloria. Kekenyalan kulit pun berkurang.

Sinar ini juga bisa menginaktivasi enzim, yang seharusnya menjaga kestabilan kulit. Dengan tidak aktifnya enzim-enzim tersebut, pertumbuhan sel tidak terkontrol dan dalam jangka panjang bisa menjadi kanker kulit.

Secara umum, UV bisa menimbulkan stres oksidatif dan memicu terbentuknya radikal bebas pada kulit. Lambat laun kulit terlihat kusam, terjadi keriput dini dan timbul bercak-bercak. “Bercak tidak merata pada seluruh wajah, semakin tebal, kemudian timbul bercak melingkar berwarna hitam yang makin lama makin jelas,” papar dr. Sri Ellyani, Sp.KK, Wakil Ketua bidang kerjasama PERDOSKI (Perkumpulan Dokter Spesialis Kulit Indonesia).

Ini disebut photoaging atau penuaan dini pada kulit, akibat paparan sinar matahari yang terus-menerus. Tanpa perlindungan yang baik, kulit mereka yang berusia 30 bisa terlihat seperti kulit usia >40 tahun. (nid)

 

Bersambung ke: Pentingnya Menggunakan Tabir Surya