Cegah Penyakit Tifus Dengan Vaksinasi | OTC Digest

Cegah Penyakit Tifus Dengan Vaksinasi

Salah satu bentuk pencegahan terhadap infeksi bakteri Salmonella typhi penyebab demam tifoid (tifus) adalah vaksinasi. Cara ini memberikan proteksi yang cukup tinggi yakni sekitar 61% baik pada dewasa maupun anak-anak.

Karena Indonesia termasuk daerah endemik penyebaran bakteri Salmonella typhi, vaksinasi tidak bisa menangkal 100% kemungkinan terhindar dari demam tifoid. Namun lebih baik mencegah dari pada mengobati.

Dr. Mustarim, MSi. Med, SpA, menjelaskan vaksinasi / imunisasi diberikan pada anak berusia >2 tahun. Indonesia mengenal 3 jenis vaksinani tifoid. Pertama, vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu, satu jam sebelum makan. Vaksin ini tidak dianjurkan pada wanita hamil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi antibiotik .

Kedua, vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dosis untuk dewasa 0,5 ml, sedangkan anak 6 – 12 tahun 0,25 ml dan anak 1 – 5 tahun sebesar 0,1 ml. Diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada tempat suntikan.

Ketiga, vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin diberikan secara intramuskular dan booster setiap 3 tahun.

Pada analisa dari berbagai penelitian mengenai efektivitas berbagai jenis vaksin tifus didapatkan bahwa vaksin Ty21a yang diberikan sebanyak 3 dosis memiliki efektivitas sebesar 35% pada tahun pertama, 58% pada tahun kedua dan 46% pada tahun ketiga.

isimpulkan bahwa tiga dosis vaksin Ty21a memiliki efektivitas sampai tiga tahun. Selain itu vaksin Ty21a berbentuk cair juga memiliki efektivitas yang lebih baik, dibandingkan dengan bentuk kapsul. Namun tidak didapatkan perbedaan yang bermakna antara efektivitas kedua bentuk sediaan tersebut.

Baca juga : Demam Tifoid, Apa dan Bagaimana

Pada meta-analisis tersebut didapatkan bahwa vaksin tifoid yang mengandung polisakarida Vi memiliki efektivitas sebesar 68% pada tahun pertama dan 60% pada tahun kedua. Mulai tahun keempat, tubuh sudah memiliki imonologis dan membentuk antibodi anti-Salmonella.

Penelitian di China menunjukkan efek positif vaksinasi polisakarida Vi terhadap penurunan kasus tifus. Penelitian dilakukan dari tahun 1995 - 2006 di Guangxi pada siswa sekola, pengelola makanan dan masyarakat yang hidup diareal wabah tifus. vaksinasi diulang setiap tahunnya. Hasilnya, insiden demam tifoid sekitar 47 / 100.000 penduduk sebelum vaksinasi turun menjadi 0,2-4,5 / 100.000 penduduk di tahun 2006.

Dr. Mustarim menjelaskan, “Vaksinasi dengan komponen (polisakarida) Vi dilakukan dengan menyuntikkan obat ke jaringan otot. Diulang tiap 3 tahun dan akan memberi perlindungan antara 60-70%.”

Pada individu yang tidak mempunyai alergi, vaksin tifoid sangat aman. Efek samping yang umumnya ditemui adalah nyeri pada daerah suntikan dan demam ringan (seperti perasaan meriang).

Harap dicatat, tidak ada satupun vaksin yang memberi proteksi 100%, termasuk vaksin tifoid. Namun demikian, seandainya anak yang sudah diimunisasi tifus ternyata suatu saat terkena tifus, infeksinya tak akan seberat anak yang tidak diimunisasi. (jie)