Bisakah Aritmia Berubah Menjadi Kondisi yang Mengancam Jiwa?

Bisakah Aritmia Prematur Berubah Menjadi Kondisi yang Mengancam Jiwa?

Aritmia atau gangguan irama jantung akibat masalah di sistem kelistrikan jantung. Gangguan irama jantung ini bisa membuat jantung berdetak terlalu cepat atau justru terlalu lambat.

Aritmia jantung umumnya tidak berbahaya. Kebanyakan orang sesekali mengalami detak jantung yang tidak beraturan kadang menjadi cepat, kadang melambat. Namun beberapa jenis aritmia dapat menyebabkan gangguan kesehatan atau bahkan sampai mengancam nyawa.

Secara garis besar, menurut dr. Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP(K), ahli jantung dari RS Metropolitan Medical Centre (MMC), Jakarta, aritmia menyebabkan jantung berdetak terlalu cepat (takikardi ; detak >100 kali per menit) atau telalu lambat (brakikardi ; denyut jantung <60 kali per menit).

Kedua keadaan tersebut akan berpengaruh terhadap kerja jantung memompa darah keseluruh tubuh. Bila jantung berdenyut terlalu lambat, jumlah darah yang mengalir di dalam sirkulasi menjadi berkurang, sehingga kebutuhan tubuh tidak terpenuhi.

Hal itu akanmenimbulkan gejala seperti mudah capek, kelelahan kronis, sesak, keliyengan bahkan sampai pingsan akibat kekurangan darah di otak. Pada keadaan yang lebih parah dapat menyebabkan stroke.

Baca : Jangan Anggap Remeh Pingsan, Mungkin Tanda Gangguan Irama Jantung

Sebaliknya, bila jantung berdenyut terlalu cepat maka jantung akan mengalami kelelahan dan akan menimbulkan gejala berdebar. Biasanya disertai perasaan takut karena debaran jantung yang begitu cepat.

Pada keadaan ekstrim bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah yang dapat mengakibatkan kematian.

Aritmia prematur

Sebagian besar kasus aritmia tidaklah berbahaya. Ada dua tipe aritmia prematur yang tidak berbahaya. Pertama, premature atrial contraction (PACs) di mana ada denyut tambahan yg berasal dari atrium (ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan terapi.

Kedua, premature ventricular contraction (PVCs). Ini merupakan aritmia yang paling umum dan terjadi pada orang dengan atau tanpa penyakit jantung. Pada beberapa orang, ini bisa berkaitan dengan stres, terlalu banyak kafein atau nikotin, atau akibat olahraga terlalu keras.

Kadang-kadang, PVCs juga disebabkan oleh penyakit jantung atau ketidakseimbangan elektrolit. Pada kebanyakan orang, PVCs biasanya tidak berbahaya dan jarang memerlukan terapi.

Menjadi aritmia yang berbahaya

Aritmia prematur berpotensi untuk menjadi kondisi yang lebih berbahaya. Semakin sering aritmia muncul semakin besar potensinya menjadi permanen.

Menurut Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi SpJP(K), FIHA, FasCC, dari RS MMC, aritmia prematur – khususnya PACs - bisa menjadi aritmia yang menetap. “Menjadi jenis aritmia atrial takikardi, atrial flutter, atau atrial fibrilasi,” katanya.

Baca : Kenali Bahaya Aritmia, Jenis dan Komplikasinya

Gangguan irama jantung bisa menjadi lebih sering bila penyakit penyebab belum diobati, seperti penyakit katup jantung, hipertensi dan penyakit jantung koroner.

“Atau bahkan kadang-kadang akibat satu peradangan yang sifatnya sistemik seperti tifus, DBD (demam berdarah dengue), memicu aritmia prematur menjadi lebih parah,” terang Prof, Yoga di sela-sela acara Kenali Komplikasi Jantung Koroner dan Penanganannya, di Jakarta.

Satu-satunya upaya pencegahan agar aritmia tidak menjadi lebih parah adalah mengatasi faktor pencetus. Aritmia secara garis besar dapat disebabkan oleh:

  1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan otot jantung karena infeksi (miokarditis).
  2. Gangguan sirkulasi pembuluh darah koroner (aterosklerosis atau penyempitan arteri koroner).
  3. Karena obat, antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat antiaritmia lainnya.
  4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
  5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerjadan irama jantung.
  6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
  7. Gangguan metabolik akibat kadar asam dalam darah terlalu tinggi (asidosis) atau terlalu basa (alkalosis).
  8. Gangguan hormon seperti hipertiroidisme atau hipotiroidisme.
  9. Gangguan irama jantung karena kelainan otot jantung (kardiomiopati) atau tumor jantung.
  10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi. (jie)