Ankylosing Spondylisis, Penyakit Rematik yang Menyebabkan Tulang Belakang Menyatu | OTC Digest

Ankylosing Spondylisis, Penyakit Rematik yang Menyebabkan Tulang Belakang Menyatu

Ankylosing spondylitis (AS) merupakan penyakit autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh – yang harusnya menyerang kuman/zat asing yang membahayakan tubuh – justru menyerang sel dan jaringan yang sehat.

Respons imun yang tidak normal ini menyebabkan peradangan sendi (arthritis) tulang belakang. Dr. dr. Rudy Hidayat, SpPD-KR, dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, menjelaskan, ankylosing spondylitis yang tidak tertangani baik bisa menyebabkan ruas-ruas tulang belakang menyatu.

Kondisi tersebut membuat penderita sulit bergerak, menjadi bungkuk dan kesulitan bernapas. Ankylosing spondylitis merupakan salah satu jenis penyakit rematik yang jarang diderita. Sayangnya sampai saat ini belum bisa disembuhkan.

Mayo Clinic di Amerika Serikat mencatat bahwa penyakit rematik ini lebih sering diderita oleh pria dibanding wanita; pria berisiko 3x lebih tinggi. Bisa terjadi di segala usia, tetapi umumnya mulai berkembang saat remaja atau dewasa awal (sekitar usia 20 tahunan).

“Angka kejadian yang tercatat adalah 0,1% dari populasi umum, atau 1 dari 1000 orang,”tutur dr. Rudi dalam acara Inovasi Alternatif Pengobatan Baru Untuk Ankylosing Spondylitis (AS) dan Psoriatic Arthritis (PsA), 21 Maret 2019 lalu.  

Penyebab

Sampai saat ini penyebab pasti ankylosing spondylitis belum diketahui pasti, namun diduga disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.

“Mereka yang berpotensi tinggi menderita AS diketahui memiliki gen HLA-B27. Namun bukan berarti mereka dengan gen HLA-B27 akan menderita ankylosing spondylitis, perlu faktor pencetus seperti rokok, paparan logam berat misalnya asbes, atau infeksi,” terang dr. Rudi.

Upaya pencegahan adalah dengan melakukan hidup sehat, serta meminimalkan paparan faktor risiko dari lingkungan.

Awalnya, peradangan terjadi di ujung-ujung sendi tulang belakang – yang di antara ruas sendi terdapat bantalan sendi. Kemudian peradangangan yang berlangsung lama menyebabkan ujung-ujung ruas sendi menyatu; menutupi bantalan ruas sendi.

“Itu adalah tahap akhir ankylosing spondylitis atau disebut juga bamboo spine,” terang dr. Rudi. “Pasien semakin lama akan semakin bungkuk.”

Gejala

Penderita biasanya mengeluhkan rasa nyeri dan kaku di tulang belakang, serta sendi lain, seperti bahu, pinggul, tulang rusuk atau tumit, terutama di pagi hari.

Rasa nyeri dan kaku tersebut akan terjadi selama berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun. Kadang, gejala hilang timbul, membaik dan memburuk, serta muncul dalam rentang waktu tertentu. Gejala lain yang kerap muncul antara lain kelelahan / kehilangan energi untuk aktivitas.

Komplikasi

Penderita ankylosing spondylitis yang tidak tertangani baik berisiko mengalami komplikasi seperti:

  1. Radang mata (uveitis) yang menyebabkan sensitivitas pada cahaya, sakit mata serta kebutaan.
  2. Patah tulang belakang. Terjadi pengeroposan tulang belakang pada ankylosing spondylitis tahap awal. Ini mempermudah terjadinya patah tulang, yang akan memperburuk rasa nyeri dan postur tubuh.
  3. Gangguan jantung. AS dapat menyebabkan penyakit jantung koroner dan masalah pembuluh darah lain. Aorta yang meradang akan melebar dan merusak bentuk serta fungsi katup aorta di jantung.
  4. , di mana protein amiloid yang seharusnya diproduksi di sumsum tulang belakang justru tumbuh di beberapa organ lain, seperti jantung, hati dan ginjal.
  5. Sindrom Cauda equin. Terjadi penekanan saraf di dasar tulang belakang. Kondisi ini menimbulkan nyeri di bokong dan panggul, tungkai terasa lemas, sulit berjalan dan mengalami gangguan sistem urin.

Pengobatan

Dijelaskan oleh dr. Rudi tujuan pengobatan adalah menghilangkan rasa nyeri, mengurangi risiko kecacatan, mencegah komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup penderitanya.

“Pengobatan harus segera dilakukan. Waspadai, terutama laki-laki berusia <40 tahun, jika nyeri pinggang berlangsung terus menerus, hilang timbul, terjadi lebih dari 3 bulan,” tutur dr. Rudi.

Beberapa hal yang bisa dilakukan adalah:

  1. Olahraga, akan membantu mengurangi kaku otot dan memperkuat otot di sekitar sendi. Olahraga yang disarankan adalah berenang, karena tidak bersifat high impact.
  2. Fisioterapi, dapat membantu mengembalikan fungsi tubuh secara normal dan mengurangi risiko cacat permanen.
  3. Obat-obatan konvensional, seperti obat anti-inflamasi non steroid (OAINS), obat anti-rematik (DMARDs) dan kortikosteroid. Digunakan untuk meredakan nyeri dan kaku sendi.
  4. Obat-obatan biologik (biologic agent), yang secara spesifik akan menghambat produksi reseptor-reseptor radang (TNF-alfa atau IL-17A) dalam tubuh.
  5. Operasi penggantian sendi rusak. Ini merupakan pilihan terakhir jika pasien mengalami kerusakan sendi parah. (jie)