Anak-Anak Lebih Berisiko | OTC Digest

Anak-Anak Lebih Berisiko

Bukan hanya orang dewasa yang perlu berhati-hati terhadap paparan sinar biru. “Risiko kerusakan mata akibat sinar biru pada mata anak justru lebih besar. Di era teknologi ini, 93% anak sudah terekspos barang elektronik,” ujar dr. Florence M. Manurung, SpM (K) dari Jakarta Eye Center (JEC) Menteng.

Survei di Amerika Serikat (AS) yang dipublikasi tahun 2014 menemukan, hampir ¾ anak usia 12-15 tahun menghabiskan waktu di depan komputer atau menonton TV, minimal 2 jam/hari. Survei ini juga menemukan, 15% remaja menonton TV >4 jam/hari, dan 12% menggunakan computer >4 jam/sehari. Ini belum termasuk penggunaan telepon pintar.

Adapun berdasar studi Yayasan Keluarga Kaiser, anak dan remaja (usia 8-18 tahun) menghabiskan >7 jam/hari di depan media elektronik. Di Indonesia, kita melihat anak-anak akrab dengan gawai (gadget) dan TV sejak usia sangat dini, bahkan sebelum lancar berbicara.

Hal ini tak bisa diabaikan. “Lensa mata bayi yang baru lahir masih jernih dan bening, belum bisa menghambat masuknya sinar biru,” ujar dr. Florence. Pada bayi usia 0-2 tahun, 70-80% sinar biru bisa masuk ke mata hingga mencapai retina. Usia bertambah, lensa mata akan menguning dan bisa sedikit menghambat sinar biru; usia 2-10 tahun, persentase sinar biru yang mencapai retina 60-70%. “Saat ini merupakan risiko terbesar terjadinya kerusakan sinar mata akibat sinar biru pada anak,” imbuhnya.

Risiko kerusakan retina akibat sinar biru, dipengaruhi oleh panjang gelombang, intensitas dan durasi paparan. “Anak yang nonton TV dari jarak dekat, risiko mengalami kerusakan mata makin besar,” ucap dr. Florence. Demikian juga paparan dengan layar perangkat elektronik lain. Makin dekat jarak mata dengan perangkat tersebut, makin lama durasinya dan makin kuat sinar biru yang dipancarkan perangkat elektronik, risiko kerusakan mata makin besar.

Saat anak dewasa, pandangan tengahnya bisa kabur dan kurang melihat detil-detil halus (AMD). Dalam jangka pendek, penggunaan perangkat elektronik dapat menyebabkan rabun jauh (miopia), digital strain, hingga kelelahan fisik dan mental.

“Perlindungan mata anak terhadap sinar biru harus dilakukan sedini mungkin,” kata dr. Florence. Caranya, harus ‘tega’ mengurangi jatah nonton TV dan bermain gawai, maksimal 1-2 jam sehari. Usahakan tidak membiarkan anak nonton TV atau bermain tablet di usia dini. Sebaliknya, dorong mereka bermain di luar rumah dan berinteraksi langsung dengan teman sepermainan lebih sering; disarankan >5 jam sehari.

Bila tidak mungkin membiarkan anak bermain di luar rumah karena alasan keamanan, sebaiknya berikan mainan yang tidak melibatkan sinar biru. Misalnya permainan tradisional seperti congklak, atau mainan lain seperti lego, puzzle, mobil-mobilan, masak-masakan. Selain melindungi mata, permainan ini bisa merangsang kreativitas, saraf motorik dan sensorik anak. (nid)

 

Bersambung ke: Trik Memperkuat Mata