Widi Mulia melahirkan anak ketiga di rumah
Widi Mulia

Widi Mulia Home Birth Bahagia Banget

Widi Mulia (37 tahun) selalu rindu menyanyi; it’s in her blood. Saat  hamil, melahirkan dan menyusui anak pertama dan kedua, keinginan untuk “naik panggung” tetap menggebu. “Dulu, setelah melahirkan, saya kepikiran kapan bisa nyanyi lagi,” papar pemenang  ajang kontes Asia Bagus tahun 1993 ini. “Ternyata, itu membuat saya kehilangan beberapa momen pertumbuhan anak. Saya sempat galau gara-gara itu dan merasa bersalah. Ternyata masa bayi sampai  anakku besar, cepet banget.”

Dru Prawiro Sasono (8 tahun) dan Widuri Putri Sasono (6 tahun) mendapat ASI ekslusif. Karena kesibukan, “ASI harus dipompa dan diberikan saat saya tidak di rumah.” Ia menyadari ada yang kurang, yakni ikatan (bonding) antara ibu dan bayi.   

Hamil ketiga, Widi bertekad lebih menyelami arti sebagai ibu. Baginya dan suami, kelahiran anak ketiga lebih seperti perjalanan spiritual. “Kami ingin semuanya berjalan senormal mungkin.”  Anak pertama dan kedua lahir di rumah sakit. Untuk anak ketiga, “Saya ingin melahirkan di rumah, seperti ibu-ibu jaman dulu. Lahir alami, ditolong bidan,” papar istri aktor Dwi Sasono ini. 

Keinginan itu diwujudkan dengan            home birth (persalinan di rumah) dan gentle birth (proses persalinan yang tenang dan memanfaatkan unsur alami). “Oleh dokter spesialis obgin aku diberi gambaran benefit dan risikonya. Kontrol dilakukan sampai dokter bilang aman untuk persalinan normal,” tutur personel B3 ini.

Untuk gentle birth perlu persiapan fisik dan mental. Termasuk latihan pernapasan, rutin olahraga dan meditasi. Widi memilih yoga selama hamil. Ia melakukan sirsasana, pose berdiri terbalik (kepala di bawah) saat hamil besar. Tujuannya untuk melancarkan sirkulasi di sepanjang tubuh dan meluruskan punggung yang pegal selama hamil.

“Pose itu enak banget buat punggung.”  

Lotus birth

Tekad untuk melakukan persalinan di rumah, membawa Widi dan suami bertemu Robin Lim,  bidan berdarah Filipina - Amerika Serikat yang memenangkan penghargaan CNN Hero 2011, karena memberi pelayanan persalinan gratis bagi masyarakat tidak mampu di Ubud, Bali. Ia juga yang menggaungkan gentle birth di Indonesia.

Proses persalinan ketiga Widi dilakukan di Ubud. Ia berhasil melakukan beberapa metode persalinan sekaligus. Home birth, walau tidak di rumah sendiri, persalinannya ditemani suami dan kedua anaknya. Ia sukses melakukan gentle birth dan water birth sekaligus. Persalinan dilakukan di kolam air hangat, sehingga nyeri kontraksi berkurang. Tubuh lebih rileks sehingga jalan lahir lebih lancar terbuka. Persalinan terasa lebih halus dan lancar. Sang suami bahkan ikut nyemplung ke kolam menemani dan menguatkan Widi.

Yang terakhir, Widi sukses melakukan lotus birth. Ini metode persalinan dengan membiarkan tali pusat bayi tersambung sementara waktu dengan plasenta, sampai akhirnya lepas sendiri.  “Karena tali pusat tidak langsung digunting, maka darah, oksigen dan semua nutrisi dari plasenta optimal masuk ke bayi. Secara spiritual tali pusat adalah teman bayi selama 9 bulan dalam kandungan, dan mestinya tidak dipisahkan secara paksa. Tali pusat itu copot di hari ke 5,” papar Widi. Selama belum copot, tali pusat diberi bunga dan garam agar tidak bau.

Belajar menjadi orangtua

Anak ketiga pasangan Widi - Dwi Sasono diberi nama Den Bagus Satrio Sasono (kini berusia 1 tahun). “Anak ini agak celamitan, tidak boleh melihat saya atau orang lain pegang makanan. Pasti diminta,” ujar Widi. “Kalau ketemu sama orang yang dia suka, ia menyodorkan jidatnya sambil tertawa. Seperti mau nyium tapi pakai jidat, hehehe.”

Hal lain yang Widi dan suami ‘jatuh bangun’ untuk bisa melakukan, adalah ada dan hadir di tengah anak-anak. Saat berada di rumah, gadget / gawai diletakkan dan fokus berkomunikasi dengan anak-anak. “Ada orangtua yang selalu di rumah sama anak-anak. Tapi tidak present (hadir), jiwanya kemana-mana. Kita harus benar-benar hadir.” (jie).