Sisca Soewitomo: Sederhana itu Sehat | OTC Digest

Sisca Soewitomo: Sederhana itu Sehat

Sejak 1990-an, pemirsa televise pasti tak asing dengan wajah chef perempuan handal yang bersahaja dan tutur katanya yang halus. Dialah Sisca Soewitomo, salah seorang pelopor pembawa acara kuliner di televisi Indonesia. Program acaranya Aroma, selalu dinantikan para ibu dan remaja putri. Masih rutin mengasuh program kuliner di TV, di usia 68 tahun, kegiatannya tak lalu berkurang. Namun pemilik nama lengkap Sis Cartica Soewitomo ini selalu terlihat sehat dan bugar.

Seorang chef sekaliber Sisca, yang biasa membuat hidangan enak untuk pemirsa, seperti apa menu makannya sehari-hari? “Sedikit nasi, sambal tempe dan sayur bening,” ia tersenyum. “Itu nikmat sekali.”

Bukan soal mau sok sederhana. Sebagai pendemo masak dan kerap menjadi juri kontes memasak, ia harus sering mencicipi berbagai makanan. Namanya mencicip, tentu hanya sedikit. Masalahnya, masakan yang dicicipi bukan hanya satu tetapi sekian banyak. Kalau tidak hati-hati, bisa berpengaruh terhadap kesehatan. Apalagi, ada riwayat diabetes dari sang ibu. “Usia saya sekarang juga sudah kepala 6. Perlu mengatur pola makan, kalau ingin hidup lebih lama,” ujarnya.

Bagi Sisca, makan bukan soal memanjakan lidah dan mengenyangkan perut, melainkan, “Sebagai bentuk kecintaan kita terhadap tubuh. Apa yang kita makan hari ini, akan membentuk tubuh kita esok hari.” Saat anak-anaknya masih kecil, ia sangat memerhatikan asupan protein seperti daging dan telur, untuk menunjang tumbuh kembang anak.

 

Icip-icip

Kelahiran Surabaya, 8 April 1949 ini bisa menikmati makanan apa saja. Tidak ada makanan kesukaan tertentu. Katanya, “Saya tidak mau susah; makan saja kok repot. Kalau kurang enak, tinggal tambahkan garam atau apa.”

Pada prinsipnya, ia mengonsumsi semua makanan (kecuali daging kambing), tapi jumlahnya dibatasi. Dan berkaca dari pengalaman ibunya, ia membatasi gula. Untuk tuntutan pekerjaan, cukup icip-icip sedikit. Lalu, diimbanginya dengan makanan sehari-hari yang sederhana. Pola makan demikian sudah dijalani sejak usia 50-an.

Sarapan, cukup selembar roti dengan telur dan selembar roti lagi dengan selai, plus susu. “Saya ingin hidup lama dalam keadaan sehat, sehingga bisa melihat cucu tumbuh dewasa,” ujar ibu dari 3 anak dan nenek 3 cucu ini.

Sisca mengakui, godaan makanan yang enak dan lezat, begitu hebat. Ketika masuk ke mal atau di acara kuliner, berjejer stan dengan aneka makanan yang semuanya enak. Tapi, “Sebenarnya kita kadang hanya ‘lapar mata’. Tidak harus semuanya dituruti.”

Rendang, misalnya, adalah kekayaan kuliner Indonesia yang sangat menggugah selera, dan sudah diakui sebagai “masakan yang paling enak di dunia”. Namun mengingat banyaknya santan yang digunakan, kita perlu bijak mengonsumsinya.

Terutama yang perlu diwaspadai adalah gula. “Gula tidak melulu yang berbentuk gula (makanan manis), tapi juga yang ‘tersembunyi’ dalam tepung atau beras. Mesti hati-hati,” ujar lulusan Akademi Perhotelan Trisakti.

Medical check up rutin dijalaninya. Ia bersyukur, sejauh ini ‘rapor’-nya bagus. Tekanan darah, kadar kolesterol atau kadar gula darah masih bisa terkontrol.

 

Aktivitas padat, tetap bugar

Sisca yang telah menulis lebih dari 100 buku resep masakan, termasuk orang yang jam tidurnya sedikit. Biasanya ia tidur di atas pukul 12 malam, “Pekerjaan saya banyak; harus mengetik, membalas e-mail, dan lain-lain.”

Saat fajar merekah, ia bangun untuk sholat subuh, dan tidak pernah tidur siang. Kok bisa tetap bugar, padahal usia tidak lagi muda? “Setiap hari saya minum vitamin C dosis tinggi.” Di malam hari, ia mengonsumsi suplemen omega 3 yang baik untuk kesehatan jantung, pembuluh darah dan otak.

Buah dan sayur tak pernah absen dari menu hariannya. Tidak ada patokan berapa banyak harus mengonsumsi makanan kaya serat dan vitamin tersebut, karena ia memang tidak mengikuti pola timbang-menimbang makanan. Yang penting, “Saya yakin bahwa yang saya konsumsi sudah cukup.”

Asupan makan dibatasinya, tidak demikian dengan air minum. “Saya banyak minum, dan dengan banyak minum insya Allah jauh dari macam-macam penyakit,” ucap anak pertama dari lima bersaudara ini. Bangun tidur, ia minum air putih. Selama beraktivitas, misalnya saat demo masak, air mineral tak boleh ketinggalan. Lagi-lagi ia tak mematok, berapa banyak harus minum dalam sehari. Kapan pun merasa perlu, ia akan minum.

 

Sholat bikin sehat

Saat masih muda hingga usia 50-an, Sisca biasa berenang 2x seminggu. Kini, olahraga itu sudah jarang dilakukan. Kadang ia jalan kaki. Sekarang, olahraganya adalah sholat. “Sejak pagi (subuh), sudah mulai olahraga,” ia tertawa.

Ia yakin, setiap gerakan dalam sholat melatih semua otot, persendian dan urat. Mulai dari takbir, rukuk, sujud hingga duduk bersimpuh, semua bagian tubuh ikut bergerak sehingga aliran darah menjadi lancar. “Saya tidak pernah pusing,” tandasnya.

Dulu ia tidak sadar, hingga suatu kali seorang ustadzah menjelaskan tentang hubungan sholat dengan kesehatan. Meski belum memahami sepenuhnya tentang hal ini, ia yakin akan kebenarannya.

Ia juga percaya, shalat membuat wajah terlihat bercahaya. “Saat berwudhu, kita membasuh wajah. Otomatis wajah akan terlihat bersih dan bercahaya. Kalau tidak pernah cuci muka, pasti terlihat kusam,” paparnya.

Baginya, sholat adalah kunci utama dari kesehatan dan ketenangan batin. Mendekatkan diri kepada Yang MahaMemiliki, akan membuat kita berserah diri dan jauh dari kesombongan. “Tidak usah muluk-muluk. Sempatkan waktu untuk sholat,” ujarnya.

Usai demo masak ia akan mengucap syukur, “Gusti Allah matur nuwun, terima kasih. Tadi semuanya berjalan rapi dan meriah. Semua itu dari-Mu, ya Allah.” (nid)

 

Baca juga: Menu dan Camilan Sehat Sisca Soewitomo