Nunung: “Penyakitku Antri ….” | OTC Digest

Nunung: “Penyakitku Antri ….”

Di usia 53 tahun, Nunung masih bertahan sebagai komedian berkat kemampuannya memancing tawa pemirsa dan penonton. Tawa Nunung sendiri sepertinya juga siap meledak setiap muncul di panggung. Dari OVJ (Opera van Java) hingga Comedy Night Live, penampilan Nunung selalu berhasil mengocok perut.

 “Aku terserang kram otak,” katanya suatu kali.

Orang-orang terbahak mendengar kata-kata Nunung. Ia dianggap sedang melawak, karena apa ada penyakit “kram otak”? Ternyata Nunung serius. Perempuan dengan nama lengkap Tri Retno Prayudati sudah beberapa kali masuk UGD (unit gawat darurat) rumah sakit di tanah air, dan hingga akhirnya ia bolak-balik terbang ke Singapura untuk mencari kesembuhan.

Nunung merasa ada yang tidak beres dengan kesehatannya sejak bulan puasa tahun 2013. Katanya, “Awalnya kalau lalu lintas macet, kepalaku pusing. Lama-lama, dari kepala sampai kaki kesemutan.”

Menghadapi kemacetan, Nunung memang gampang panik. Maklum, istri Iyan Sambiran ini harus mengejar jam tayang. Sakit kepalanya bisa kambuh kapan saja, tidak memandang waktu. Pukul 3 pagi, saat sedang tidur lelap, ia bisa tiba-tiba terserang migrain hebat. “Kalau sudah begitu, aku tidak bisa apa-apa. Aku hanya bisa teriak: akkhhhh….”

Menurut dokter, pembuluh darah ke otak Nunung tidak lancar sehingga otak kekurangan darah dan oksigen. Akibatnya, Nunung sempat dirawat secara intensif selama beberapa hari di rumah sakit. “Sakit kepalanya nemen (sakit sekali). Aku bilang ke teman-teman bahwa aku pulang ke Solo. Dokter juga menyarankan agar jangan ada yang nengok. Jadi, mengenai kondisiku waktu itu, nggak ada yang tahu,” ujar Nunung, lagi-lagi serius.

Pulang dari rumah sakit, gangguan di kepala masih kerap muncul. Ia kemudian memutuskan terbang ke Singapura untuk berobat. “Kata dokter di sana, aku kena mini stroke dan bisa diobati. Kalau you happy, habis diobati bisa jalan-jalan ke mall, belanja,” ceritanya.

Penyakit yang diderita, membuat sosok yang selalu mengundang tawa ini harus menjaga diri ekstra ketat. Ia tidak boleh terlalu capek dan emosi harus stabil. Obat-obatan terjadwal ketat, harus  diminum tepat waktu. Proses pengobatan harus diulang, jika Nunung ‘absen’ minum satu obat saja.

Sedangkan, “Obatnya ada 20 macam. Yang 11 macam obat herbal, seperti asam amino dan lainnya. Dokter tidak mau memberi lebih banyak obat kimia, cukup 9 macam. Obat herbal mesti aku minum rutin.” Obat kimia, seperti obat untuk menghilangkan kecemasan atau migrain, diminum hanya saat kambuh. “Alhamdulillah, migrain sekarang sudah jarang kambuh. Ternyata, sakit itu mahal, ya,” imbuhnya.

Setelah beberapa saat, kondisinya membaik dan ia cukup cek kesehatan satu bulan sekali. Hasil laboratorium menunjukkan, ibu 6 anak ini (2 anak kandung, 4 anak dari suami yang sekarang) kadar kolesterolnya tinggi. Ini yang membuat pembuluh darah ke otak kekurangan oksigen. Nunung disarankan untuk menjaga makan dan banyak bergerak. Ia boleh makan daging sebulan sekali. Daging ayam dibuang kulitnya, harus yang fillet (irisan daging tanpa kulit dan tulang), “Kulit ayam ternyata jahat sekali, sumber kolesterol. Cumi tidak boleh, telur puyuh apalagi.”

Maka, ia meminta mbak di rumah untuk memasak tanpa lemak, tanpa penyedap dan sebisa mungkin menggunakan sayuran organik, untuk dibawa sebagai  bekal. Jika harus makan masakan di lokasi shooting, makannya tidak banyak. Sebisa mungkin, ia menghindari pekerjaan ke luar kota, agar makannya selalu terkontrol dan cukup istirahat. 

 

 Psikiater

Nunung yang murah tawa, mencoba tegar menghadapi penyakitnya. Tapi, setegar apa pun, Nunung tak kuasa menahan gejolak perasaan. “Aku merasa down banget”, katanya. Apalagi, “Sepertinya aku krisis iman juga.”

Secara psikologis mentalnya ambruk. Rasa percaya dirinya hilang dan ia memandang hidup secara negatif.  Kondisi ini membuat penyakitnya bertambah parah, sehingga ia harus bolak balik ke rumah sakit.

“Aku sampai malu. Semua rumah sakit di dekat rumah, sudah aku penclokin (datangi),”  katanya. Kadang emosinya tidak terkontrol, sampai  ia meraung-raung, malas beraktivitas dan ngawur saat berbicara dengan saudara bahkan orangtua.

“Apa aku gila, ya?” katanya kepada suami.

Setiap kali ucapan Nunung tidak terkontrol, atau sakit kepalanya kambuh, sang suami menangis. Setelah itu, ia mencoba menenangkan Nunung.

“Kata suamiku, jangan takut. Apa pun yang kamu hadapi, sakitmu ini diberi oleh Allah. Ya, dikembalikan saja. Pasrah,” ungkap Nunung.

Suami kemudian membawa Nunung ke ahli spiritual, untuk “mengisi kembali” iman Nunung. Dokter sendiri, melihat kondisi Nunung, menyarankan agar ia konsultasi ke psikiater.  Alhamdulillah, ada hasilnya.

“Semula, aku sempat merasa sudah nggak kuat. Untungnya aku bisa bertahan dan terus minum obat. Setiap kali berdoa, aku pasrah. Aku ingin sembuh, karena masih punya tanggung jawab membesaran anak-anak,” katanya. Nunung berterima kasih kepada suami, yang terus menjaganya 24 jam/hari. 

Hasil CT scan otak terakhir menunjukkan, pembuluh-pembuluh darah ke otak sudah membaik. “Sebelumnya pembuluh darahku amburadul. Ya, dulu itu aku kalau makan ngawur. Apa saja dimakan, ha ha ha.”  

 

Miom

Sakit kepala mulai membaik, Nunung terpikir untuk melakukan general  check up. Termasuk melakukan pap smear dan cek kandungan. Pap smear kali itu tidak seperti yang pernah ia alami. Rasanya sakit sekali. Dari hasil USG terlihat bahwa ada miom dalam kandungan dengan diameter sekitar 10 cm, juga kista. Dokter menyarankan melakukan operasi pengangkatan miom, kista sekaligus kandungan. “Tidak masalah kandungan diangkat, toh umur sudah hampir 50 tahun. Kalau tidak diangkat, miom bisa muncul lagi,” katanya.

 “Mohon doanya supaya aku tetap sehat” tuturnya. “Ternyata kesehatan itu penting. Menjelang usia 50 tahun, penyakitku ngantri. He he he…” (jie)