Najwa Shihab: Dari Operasi Endometriosis Sampi Madu Arab | OTC Digest

Najwa Shihab: Dari Operasi Endometriosis Sampi Madu Arab

Cantik, enerjik, penuh semangat. Mantan jurnalis Metro TV  Najwa Shihab, 39 tahun, memang seperti tak kenal lelah. Ini tercermin saat ia membaca berita, mau pun saat menjadi produser sekaligus host acara “Mata Najwa”. Putri kedua ulama terkemuka Prof. Dr. H.Quraish Shihab, ini tersentak menyaksikan dua beberapa tahun lalu.

Peristiwa pertama, sepupu wanitanya meninggal karena serangan jantung, padahal baru berusia 39 tahun. Peristiwa kedua, kakak sahabatnya – pria, 42 tahun – meninggal karena stroke. “Memang, usia di tangan Allah SWT. Tapi, kematian di usia produktif saat keluarga masih membutuhkan, terasa mengejutkan,” ujarnya.

Peristiwa itu membuatnya semakin sadar bahwa kesehatan penting untuk dijaga. Apalagi sekarang, dimana kesibukannya semakin meningkat. Di sisi lain, ia ingin agar anaknya, Izzat, 18 tahun, punya adik.

“Saya mengidap endometriosis. Pertama didiagnosis ukurannya sekitar 1,5 cm. Kata dokter, kalau masih kecil dan tidak menggangu tidak perlu diangkat. Ternyata setelah 2 tahun membesar jadi 6 cm,“ katanya.

Endometriosis merupakan penebalan sel dinding rahim, di luar rongga rahim. Menyebabkan pembengkakan dan peradangan dan kadang menyebabkan perdarahan.

Penyebab endometriosis belum diketahui pasti.

Alhamdulillah, sekarang sudah diangkat,” ujarnya.

Duta Baca Indonesia ini bercerita saat dilakukan bedah laparoskopi, perut dikembungkan dengan gas agar dokter leluasa melakukan pengambilan jaringan. Jadi, pasca operasi masih ada sisa gas. “Tiga hari setelah operasi, badan masih sedikit nyeri dan pegal-pegal karena gas sampai ke punggung,” tambah Nana, demikian ia biasa disapa.

Nana menjalani gaya hidup yang lebih sehat, sejak sekitar delapan lalu. Caranya, dengan menjadi anggota di sebuah gym. Di rumah pun tersedia alat cross trainer. “Kalau hari ini tidak sempat nge-gym, saya bakar lemak di rumah paling tidak 30 menit,” paparnya.

Langkah berikut, alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini mengonsumsi sayur organik dan beras merah. “Harganya memang lebih mahal 30%, tapi itu investasi jangka panjang. Masih belum bisa tiap hari, tapi paling tidak saya sudah berusaha,” tukasnya.

 

Minyak Kayu Putih, Madu Arab

Dulu, ia kerap melewatkan makan pagi. Dan kalau sarapan, “Seringnya teh manis sama makan pisang goreng. Sekarang, pisang goreng diganti pisang rebus.” Anti mengonsumsi fast food?  Tidak juga. Setidaknya seminggu sekali, bersama suami dan anaknya, Nana makan di luar rumah.

Untuk mengimbangi, esok harinya ia lebih lama di gym atau olahraga di rumah. “Setelah rajin olahraga dan mengonsumsi makanan organik, saya berasa lebih sehat dan fit,” ujarnya. Sekarang ia juga jarang kena flu dan sariawan, dan sakit maagnya  jarang kambuh.

Padahal, sebenarnya, ia mengidap sakit maag akut. Apalagi beban pekerjaan memuncak, seperti tempo hari saat mempersiapkan acara “Mata Najwa”, maagnya seperti tak mau kompromi. Ia pernah masuk UGD (unit gawat darurat) gara-garanya.

Suplemen vitamin dan minyak kayu putih, juga tak pernah ketinggalan. Suplemen dirasakan sangat membantu, bila kesibukannya sedang meningkat. Minyak kayu putih, apakah tidak mengganggu orang-orang di sekitarnya? “Minyak kayu putih lebih karena saya terbiasa mencium baunya sejak kecil. Kadang-kadang saja digunakan,” Nana tersenyum.

Suplemen lain yang biasa digunakan, tak lain adalah madu Arab. Madu Arab dikenal berkhasiat dan memiliki aroma yang khas, karena dihasilkan oleh lebah yang mengisap sari bunga kurma dan harganya relatif mahal. “Madu Arab mantap banget buat vitalitas tubuh,” katanya. (jie)