Melanie Putria : “Cheating Day itu Perlu” (Bagian 2) | OTC Digest

Melanie Putria : “Cheating Day itu Perlu” (Bagian 2)

Karena over dosis olahraga sementara asupan makanan dikurangi, kondisi fisik Melanie Putria pun menurun. Ia kena gejala tifus dan membuatnya harus bedrest selama 2 minggu di rumah.

Gejala tifus menyadarkan Melanie bahwa ada yang salah dengan pola diet yang dilajaninya. Gejala penyakit menghilang, ia memutuskan untuk menjadi “orang biasa” dengan pola makan yang biasa. Apalagi saat itu ia sedang hamil. Ia mengubah pola makan menjadi lebih moderat. Ia kembali mengonsumsi karbohidrat, karena tidak dilarang hanya jumlahnya saja yang perlu dibatasi.

Sekarang Melanie malah punya cheating day, atau saat-saat ia lebih bebas memilih makanan. “Lewat kejadian itu, aku ingin membuat satu gerakan, yang bisa bikin orang aware sama kesehatan. Bukan sekedar diet asal-asalan, nggak makan demi mencapai berat tubuh ideal,” paparnya.

Balik ke olahraga, lumrahnya sebelum latihan dilakukan pemanasan  untuk mencegah cedera. Hal sepele tapi penting ini, kadang terlupakan. Saat diwawancarai, Melanie sudah tiga hari mengalami cidera otot.

“Waktu latihan, gerakannya salah dan bebannya terlalu berat. Ditambah lagi, aku nggak pemanasan. Langgananku cedera itu leher dan bahu. Obatnya cukup istirahat sama yang cedera ditempel koyo,”  Melanie tertawa.

Terutama setelah melahirkan,  ia ingin mengembalikan perut ke ukuran seperti sedia kala. Ia juga latihan pull down untuk mengencangkan bagian punggung, yang gampang bergelambir pada wanita, ditambah latihan untuk dada dan lengan. Melanie menggemari treadmill, karena dirasakan sangat membantu membakar kalori dan lemak tubuh.

“Banyak orang yang bosan melihat peralatan fitness tiap hari. Aku nggak karena ngerasain banyak manfaatnya,” katanya.

Baca juga : Melanie Putria :Cheating Day itu Perlu” (Bagian 1)

Pernah ia mencoba olahraga lain seperti yoga atau pilates. Namun ia  merasa tidak sreg, terlalu lembut. “Tiap orang karakter olahraganya sendiri-sendiri. Aku suka gym karena efeknya terasa langsung di badan. Aku merasa lebih kuat dan fit setelah angkat beban,” katanya. “Kalau yoga lebih banyak peregangan otot.”

Pascamelahirkan, ia berolahraga 3 kali seminggu. Maunya  setiap hari, tapi karena sudah ada anak, itu tidak mungkin,” papar ibu dari Shimar Rahman Puradirja ini.  

Setelah melahirkan tempo hari, dalam 5 bulan ia dapat mengembalikan berat badannya mendekati saat sebelum menikah, yakni 52 kg. “Beratku sempat naik 12 kg saat hamil dan sekarang beratku 55 kg. PR (pekerjaan rumah) – ku adalah gimana beratku bisa kembali seperti dulu,” ujarnya.

Olahraga pun ia kenalkan pada si kecil agar tidak gampang sakit dan tumbuh kembangnya bagus. Melanie membawa si kecil ke pusat kebugaran khusus anak-anak. Di situ, anak usia 6 bulan sampai 16 tahun dilatih sesuai usianya. Ada kelas gymnastik, dance dan matrial art. “Bagus memperkenalkan olahraga sedini mungkin kepada anak. Lebih baik anak main loncat-loncat, plus nyanyi dan joget dari pada di kasih mainan yang statis,” ia menjelaskan. “Kalau kesehatan prima, segala sesuatu menjadi lebih mudah.”  (jie)