Dewi Yull, “Diet” Air Jeruk Nipis | OTC Digest

Dewi Yull, “Diet” Air Jeruk Nipis

Nama lengkapnya Raden Ayu Dewi Pujiati, lebih dikenal dengan nama Dewi Yull. Di usia 55 tahun, inner beauty-nya tetap memancar. “Bahagia, itu saja kuncinya,” paparnya. Dan, “Tidur minimal 4 jam.”

Tak ada waktu untuk ber-leha-leha bagi Dewi. Jadwalnya padat. Banyak yang masih merindukan suara merdu ibu empat anak ini. “Saya sudah menyanyi sejak kecil dan bersyukur sampai hari ini masih diberi rejeki sebagai penyanyi,“ ujarnya. “Saya berharap tetap bisa berkarir sebagai penyanyi. Tidak pindah haluan menjadi politisi, he he.

Dewi sadar pentingnya kesehatan. Diet? “Tidak. Kalau ditawari makanan berlemak, sup iga atau sate kambing, hayuk.” Baginya makan apa pun, di mana pun, tidak masalah. Ia punya langganan warung bubur ayam di Gang Thomas, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sudah puluhan tahun. “Saya mampir kalau pas lagi ke kota; maksudnya kalau ke Jakarta. Soalnya saya tinggal di pinggiran,” katanya.

Ia berprinsip “makanan adalah obat” seperti kata Hippocrates: let food be thy medicine and medicine be thy food (biarkan makanan jadi obatmu dan obat jadi makananmu). Yang dilakukan: tidak makan berlebihan. Dengan menerapkan prinsip “cukup”, Dewi bisa mengontrol banyak keinginan. Termasuk makan. Ia makan 2x sehari, siang dan sore. Sarapan cukup kopi pahit dan camilan seadanya.  Olahraga? “Tidak pernah, ha ha. Makanya saya mengontrol makan.”

 

Air jeruk nipis

Pelantun tembang “Cinta yang Terlarang” - duet bersama Brury Pesolima - ini percaya jeruk nipis bisa menjaga berat badan. “Bangun tidur, saya minum perasan air jeruk nipis.”

Menurut penelitian, air jeruk dapat membantu menjaga berat badan karena mengandung polisakarida non-pati, atau serat pangan yang membuat perut kenyang lebih lama sekaligus menurunkan kolesterol dalam darah.

Kandungan sulfur/belerang dalam jeruk bersifat astringent, mampu mengecilkan pori-pori usus sehingga nutrisi yang terserap lebih sedikit dan mempersingkat perjalanan makanan menjadi feses (tinja). Zat saponin berfungsi mengikis / mengecilkan lemak. 

“Air jeruk boleh diberikan kepada mereka dengan masalah lambung,” katanya. “Asam dari jeruk kalau diminum akan menjadi basa, jadi menyeimbangkan asam lambung yang naik. Di Amerika, minum air jeruk menjadi pengobatan alternatif untuk penyakit maag atau tukak lambung. Air jeruk lemon diminum sebelum makan.”

Terapi air jeruk juga membantu kesuburan. Air jeruk kaya vitamin C, yang berfungsi sebagai antioksidan, mengandung beragam mineral dan fosfor yang membantu mengatur metabolisme tubuh. Mempraktekkan ini, sekretarisnya yang sudah 5 kali  keguguran, “Bisa hamil dan melahirkan dengan selamat.” 

Caranya, dengan minum perasan air jeruk nipis (tanpa ditambah air putih) selama 14 hari berturut-turut. Setiap hari jeruk nipis yang diperas 4 buah. Jika terputus di tengah jalan, harus diulang dari awal. “Tidak hanya istri. Suami sebaiknya ikut minum,” papar Dewi. Terapi jeruk nipis perlu dilakukan 6 bulan sekali.

Sejak muda, Dewi akrab dengan jamu. Sang ibu yang berdarah Jawa, sering membuat jamu dan memiliki banyak resep obat tradisional. Dewi sendiri sempat tidak suka jamu. Sekarang, ia rajin minum jamu gendong. Kebetulan, tubuhnya seperti menolak minum obat. Pernah minum antibiotik, badannya bengkak-bengkak. Jadi, kalau batuk, “Minum jeruk nipis sama kecap, terus makan kencur. Kalau flu, tidur.”

 

Mutiara kehidupan

Kehidupan Dewi penuh warna. Ia dikaruniai 4 anak. Anak pertama Gisca Puteri Agustina Sahetapy (meninggal), dan anak ketiga Panji Surya Putra, tuna rungu. “Mereka adalah guru hidup saya. Mereka mengajarkan tentang penerimaan, pembebasan dari tekanan sosial,” paparnya. “Semua stigma buruk dari masyarakat, terpangkas habis saat saya menerima anak saya dengan ketidaksempurnaannya.”

Ia merasakan, betapa unik sekenario Tuhan. Hampir setiap saat ia menyanyikan lagu untuk putri pertamanya. Sampai umur dua tahun, baru ia sadar anaknya tidak bisa mendengar suara sang ibu. “Betapa hancur hati saya,” ia mengenang. “Usia saya waktu itu 23 tahun. Saya seperti diberi lampu oleh Tuhan, jika saya mendidik anak-anak, kelak mereka akan membanggakan saya.”

Ia konsultasi dengan guru tunawicara, untuk mempersiapkan Gisca masuk ke jenjang pendidikan. Dewi mulai mengajarkan bahasa verbal saat Gisca berusia 4 tahun. Satu jam setiap hari. Saat Gisca berusia 9 tahun, di pasar swalayan ia minta Coca cola dan berkata: ola ola. “Saya bilang, yang betul omongnya. Saya pegang tangannya, saya tempelkan di leher saya. Saya bilang: kheh…kheh..khoka khola. Ayo kamu bisa.”

Gisca marah dan berguling-guling. “Orang-orang nonton, saya tidak peduli. Akhirnya dia bisa mengatakan dengan betul. Coca cola saya ambil, dia terima, dia lempar ke muka saya, robek di atas telinga saya,” kenang Dewi.

Usia bertambah, Gisca bisa mandiri dan berbicara dengan relatif baik. Usia 14 tahun (1994), ia mengadakan pameran lukisan tunggal di Institut Kesenian Jakarta dengan total 60 lukisan.

Dewi pernah bertanya kepada dokter dan dijawab bahwa Gisca lemah pendengaran. Titik. Secara genetik, dari keluarga Dewi Yull maupun mantan suami, Ray Sahetapy, tidak ada yang  tuna rungu. Saat anak ketiganya juga tuna rungu, Dewi kembali bertanya: Tuhan apakah satu tidak cukup? Namun ia mendapat petunjuk, kedua anaknya adalah “mutiara” yang dititipkan Tuhan untuk dididik. Dewi pun berhenti bertanya.

Anak ketiganya, Panji (kini 23 tahun), mampu sekolah biasa dan kuliah setelah selesai di SLB. Ia mewakili Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Indonesia dalam ajang IT di Bangkok. Bahkan diundang ke Inggrismewakili penyandang tuna rungu dari Indonesia, ke pertemuan internasional penyandang disabilitas. Ia bertemu langsung dengan ratu Inggris Elizabeth II dan pangeran Philip, Duke of Edinburgh.

“Kuliah satu semester di Universitas Siswa Bangsa Internasional, ia menjadi instruktur bahasa Fakultas Budaya UI. Muridnya adalah teman kakaknya, yang ingin tahu dunia tuna rungu,” papar Dewi bangga. (jie)