Prof. Toh Han Chong: "Ada ua macam imunoterapi kanker yang paling menjanjikan"
sosok Prof Toh Han

Prof. Toh Han Chong: "Ada Dua Macam Imunoterapi Kanker yang Paling Menjanjikan"

“Saat ini, di dunia ada dua macam imunoterapi kanker yang paling menjanjikan,” ujar Prof. Toh Han Chong, Wakil Direktur National Cancer Centre Singapore. Yang pertama, imunoterapi dengan obat seperti anti PD-1. Yang kedua, terapi selular seperti sel T. “Kita ambil sel darah putih, diperkuat, lalu dikembalikan ke tubuh untuk melawan kanker,” paparnya. Kedua jenis pengobatan ini menunjukkan perbaikan dramatis.

Prof. Chong telah lama melakukan penelitian dan uji klinis tentang imunoterapi sel T. Sel T ibarat tentara. “Sel T pasien kanker biasanya lemah, seperti prajurit yang belum berpengalaman. Prajurit itu kami ‘latih’ ini di lab, diperkenalkan pada protein kanker.”

Dengan cara itu, sel T belajar mengenali sel kanker dan menargetkan sebagai musuh yang harus dibasmi. Para prajurit itu bekerja sangat spesifik, seusai target, “Mereka hanya menyerang sel kanker. Tidak menyerang sel normal.” Namun beberapa sel T misalnya car T cell yang digunakan untuk pengobatan leukemia akut, kadang menyerang sel normal. Di sisi lain, car T cell sangat efektif dan dapat menyembuhkan leukemia.

 “Hasilnya mengagumkan. Ini kemajuan besar dalam terapi sel T.”

Terapi car T cell bisa memunculkan ‘badai sitokin’. Saat car T cell dimasukkan ke tubuh, terjadi reaksi luar biasa; pasien akan merasa sangat sakit karena terjadi ‘pertempuran’ di dalam tubuhnya. “Seperti badai, sebelum matahari dan pelangi muncul. Badai reda, tidak ada lagi kanker. Namun, pasien bisa meninggal saat badai sitokin,” tuturnya.

Keluarga ibu Prof. Chong pernah tinggal di Palembang. Banyak kerabatnya di Palembang, Bangka dan Belitung. Ayahnya berdarah Malaysia dan merupakan dokter ahli jantung pertama yang datang ke Singapura. 

Prof. Chong sudah beberapa kali ke Indonesia, tapi belum pernah ke Palembang untuk makan pempek. “Favorit saya, Bali. Tempat yang tepat untuk menikmati pantai di Asia. Ada sesuatu yang istimewa tentang Bali.” (nid)