Penelitian Membuktikan Otak Bayi dan Orangtua Ternyata Sinkron Selama Bermain, Apa Pentingnya? | OTC Digest

Penelitian Membuktikan Otak Bayi dan Orangtua Ternyata Sinkron Selama Bermain, Apa Pentingnya?

Pernahkah Anda saat bermain dengan bayi Anda merasakan sensasi koneksi, walau si kecil belum bisa bicara? Penelitian terbaru menyatakan Anda mungkin berada dalam rentang gelombang otak yang sama dengan si kecil.

Tim peneliti dari Princeton University, AS, melakukan penelitian yang pertama tentang bagaimana otak bayi dan orang dewasa saat berinteraksi (bermain). Mereka menemukan kemiripan pada aktivitas neural di kedua otak. Aktivitas gelombang otak bayi dan orang dewasa naik dan turun berbarengan ketika mereka berbagi mainan dan melakukan kontak mata.  

“Penelitian sebelumnya menyatakan adanya sinkronisasi aktivitas otak orang dewasa ketika mereka nonton film dan menyimak suatu cerita bersama-sama. Tetapi sedikit yang mengetahui tentang ‘sinkronisasi neural’ di tahun pertama kehidupan,” kata Elise Piazza, peneliti dari Princeton Neuroscience Institute (PIN).

Piazza dan tim meyakini bila sinkronisasi neural memiliki dampak penting pada perkembangan kemampuan sosial dan proses belajar bahasa si kecil.

Bagaimana riset dilakukan?

Riset real-life dengan komunikasi tatap muka antara orangtua dan bayinya ini tergolong sulit untuk dilakukan. Untuk itu peneliti menciptakan metode yang ramah anak untuk merekam aktivitas otak orang dewasa dan bayi secara bersamaan.

Peneliti mengembangkan sistem neuroimaging otak ganda yang sangat aman, dan mencatat oksigenasi dalam darah sebagai pendanda aktivitas saraf. Pengaturan memungkinkan para peneliti untuk merekam koordinasi saraf antara bayi dan orang dewasa saat mereka bermain dengan mainan, menyanyikan lagu-lagu dan membaca buku.

Dari total 42 bayi usia 9-15 bulan yang mengikuti riset tersebut, hanya 18 bayi yang memenuhi syarat sampai akhir penelitian. Riset ini dimuat jurnal Pcychological Science edisi Desember 2019.

Penelitian tersebut terbagi menjadi dua bagian. Pertama, satu orang dewasa menghabiskan lima menit berinteraksi (bermain, menyanyi atau membaca dongeng) dengan anak-anak, sementara anak duduk di pangkuan orangtua mereka.

Bagian kedua, tim menceritakan sebuah kisah pada orang dewasa lain, sementara anak/bayi bermain dengan orangtuanya, di sampingnya.

Sistem neuroimaging ini mengumpulkan data dari 57 saluran otak yang terlibat dalam kemampuan prediksi, pemrosesan bahasa dan memahami perspektif orang lain.

Saat data diperiksa, peneliti menemukan selama sesi tatap muka, otak bayi sinkron dengan otak orang dewasa di beberapa area yang diketahui terlibat dalam proses pemahaman tingkat tinggi.

Peneliti berkeyakinan ini membantu bayi memahami arti secara keseluruhan cerita, atau menganalisa maksud orang dewasa membacakannya untuk mereka.

Ketika orang dewasa dan bayi berpaling satu sama lain dan berinteraksi dengan orang lain, hubungan aktivitas otak mereka terputus.

Hasil penelitian

Hasil riset sesuai harapan peneliti, tetapi juga mengejutkan. Misalnya, semakin kuatnya koneksi di korteks prefrontal, yang terlibat dalam proses belajar, perencanaan dan fungsi eksekutif, yang sebelumnya dianggap belum begitu berkembang selama masa bayi.

“Kami juga terkejut menemukan bila otak bayi kerap kali ‘memimpin’ otak dewasa selama beberapa detik, menandakan bila bayi tidak hanya pasif menerima input tetapi juga mengarahkan orang dewasa ke arah hal berikutnya yang akan difokuskan, seperti mainan mana yang selanjutnya diambil,” terang Lew-Williams, salah satu peneliti di Princeton Baby Lab.

Tampaknya terjadi ‘lingkaran’ umpan-balik saat terjadi komunikasi. "Otak orang dewasa memprediksi kapan bayi akan tersenyum, sementara otak bayi mengantisipasi ketika orang dewasa akan menggunakan lebih banyak 'omongan bayi,” tambah Piazza.  

“Kedua otak juga melacak kontak mata bersama dan perhatian bersama pada mainan. Jadi, ketika bayi dan orang dewasa bermain bersama, otak mereka saling mempengaruhi secara dinamis."

Peneliti beranggapan pendekatan ini bisa diterapkan oleh orangtua atau pengasuh untuk mengoptimalkan pendekatan pengajaran mereka pada beragam anak-anak, termasuk yang berkebutuhan khusus. (jie)