memancing_kreativitas_anak_dengan_bermain_dan_bertanya

Memancing Kreativitas Anak dengan Bermain dan Bertanya

“Dunia anak adalah dunia main-main.” Ungkapan ini kerap kita dengar, penelitian pun telah mengungkapkan manfaat bermain untuk tumbuh kembang si kecil. Namun bermain yang bagaimana yang baik untuk si kecil?

Bermain dengan cara eksplorasi menurut penelitian adalah yang menunjang tumbuh kembang. Saat bereksplorasi mulai dari saraf motorik dan sensorik, intelegensia, sampai psikososial (emosi dan interaksi dengan orang lain) terstimulasi.

Rosalina Verauli, MPsi, menjelaskan ekplorasi menjadikan otak anak yang polos menjadi banyak interkoneksi antarsinaps. Banyak sedikitnya sambungan sinapsis dalam otak adalah yang menentukan kecerdasaan seseorang.

Mengutip kata-kata Einstein, bahwa belajar adalah bagian dari pengalaman (learning is experience), “Maka bermain adalah proses belajar bagi anak-anak,” papar Vera yang berpraktek di RS. Pondok Indah, Jakarta ini. 

Ia menambahkan, usia 2-6 tahun adalah yang disebut “tahun bermain” (the play years). Di sana anak-anak siap untuk bermain/bereksplorasi. Menginjak 2 tahun anak sudah punya kemampuan berjalan dan bicara, ia siap untuk melakukan eksplorasi langsung secara mendalam.

Penelitian Nelson tahun 2000 menjelaskan saat anak berusia 0-1 tahun bagian otak yang berkembang adalah penglihatan dan pendengaran. Disusul fungsi bahasa, di mana mencapai puncaknya pada bulan ke 8-10, di sini si kecil mulai aktif secara sosial.

“Eksplorasi menjadi optimal saat dia ditemani orangtua. Ternyata saat ia eksplorasi sama ibunya, anak-anak menjadi bahagia. Ini memicu produksi hormon bahagia, yang menyebabkan pengolahan gula dalam darah sehingga memberi nutrisi pada otak. Proses belajar menjadi optimal,” papar Vera.

Metode bermain dan bereksplorasi merupakan bentuk stimulai otak yang paling efektif.

Pancing dengan pertanyaan

Satu trik manjur yang disarankan oleh Vera untuk memancing “kreativitas” jawaban anak adalah dengan mengembalikan pertanyaan anak pada anak tersebut untuk mengulik jawabannya. “Misalnya anak bertanya: mama itu apa? Kita jawab: Oh apa ya itu? Warnanya bagaimana? Bentuknya seperti apa?” kata Vera.

Di satu sisi ciri anak kurang eksplorasi adalah pasif, cenderung menunggu, dan melihat saja. “Namun, tidak ada kata terlambat untuk mengajak anak bereksplorasi, lakukan setiap waktu, walau memang hasilnya tidak sepesat jika dilakukan sejak usia 2-6 tahun tadi,” tambah psikolog yang juga berpraktek di PacHealth@ The Plaza, Plaza Indonesia, Jakarta.

Bagaimana jika anak bermain dengan gadget ? Menurut American Academy of Pediatrics (AAP) penggunaan gadget pada anak hanya diperbolehkan 1-2 jam sehari, lebih dari itu akan berpengaruh pada psikososialnya.

“Karena hanya terjadi interaksi satu arah. Akibatnya anak menjadi tidak setanggap pada mereka yang berinteraksi dengan orang lain (orantua),” papar Vera. Akan lebih bijaksana jika orangtua menemani anak mereka bermain gadget. (jie)