Senyum Han Bingbing, Selamat dari Tumor 15 Kg | OTC Digest

Senyum Han Bingbing, Selamat dari Tumor 15 Kg

Selama lima tahun, sejak berusia tujuh tahun, gadis kecil Han Bingbing ingin sekali tersenyum tetapi tak bisa.  Bukan karena dia anak pemurung atau pemarah. Gadis kecil dari Provinsi Heilongjiang, Tiongkok, ini malu karena perutnya kian membesar. OTC Digest berkesempatan berjumpa dengan Bingbing dan keluarganya saat diundang ke RS FUDA di Guangzhou, Tiongkok, 2014 lalu.

“Ia seperti membawa drum ke mana-mana,” cerita Liu Qing Ying, ibu Bingbing. “Kami harus memakaikan baju orang dewasa untuknya, karena baju anak-anak yang lucu tidak muat, khususnya di bagian perut. Ia tidak mau ke sekolah dan bermain dengan teman-temannya karena malu.”

Derita Bingbing dimulai sejak kelas dua setingkat sekolah dasar.  Perut Bingbing, tepat di bawah pusar, mengeras seperti batu bila diraba. Karena penyakitnya, ruang gerak Bingbing terbatas. Ia hanya bisa terbaring di tempat tidur. Orangtua membawanya ke rumah sakit tahun 2009. Dokter yang memeriksa menyatakan bahwa perut Bingbing membesar bukan karena hamil. Ia mengidap  malignant ovarian teratoma atau ada tumor besar di ovariumnya. Di perut Bingbing tercampur berbagai organ seperti tulang, gigi dan jaringan tubuh lain, membuat takut seluruh keluarga.

Bingbing menjalani operasi pengangkatan tumor. Enam bulan setelah operasi, tumor itu tumbuh kembali. Dilakukan kemoterapi sebanyak enam kali, namun gagal dan tumor semakin membesar. Dengan rasa takut yang semakin besar, Bingbing dibawa konsultasi ke dokter di Beijing, Harbin dan kota lain, namun hasilnya mengecewakan.  Beberapa klinik bahkan menolak mengobati Bingbing, lainnya angkat tangan karena merasa tidak mampu mengangkat tumor yang semakin membesar.

Di tengah keputusasaan, orangtua Bingbing memiliki secercah harapan. Teman sang ayah mendapat informasi mengenai FUDA Cancer Hospital di Guangzhou. “Ia bilang, ada kasus serupa dengan Bingbing dengan tumor luar biasa besar di perutnya. FUDA berhasil mengangkatnya,” tutur Liu.

Liu dan suami membawa Bingbing ke Guangzhou, yang berjarak tempuh dari Heilongjiang sekitar 4 jam menggunakan pesawat terbang. Liu hanya seorang petani biasa, sehingga  harus berhutang sana-sini untuk pengobatan Bingbing selama ini, dan untuk menerbangkan Bingbing ke rumah sakit FUDA. Mereka tiba di FUDA Cancer Hospital 16 Juni 2014.

Kasus Bingbing menarik perhatian staf medis di rumah sakit tersebut. Prof. Xu Kecheng, Chief President RS FUDA terkejut dengan ukuran tumor di perut Bingbing. Segera dibentuk tim khusus untuk menangangi Bingbing. Tumor diketahui telah mengisi lima perenam bagian perut, membuat organ sekitar perut makin kolaps.

Tumor tersebut menekan usus besar, hati serta usus halus, membuat Bingbing mengalami malnutrisi dan tubuhnya kurus. Dalam 6 bulan terakhir sebelum di bawa ke FUDA, pertumbuhan tumor sangat cepat dan menyebabkan gadis pemalu itu sulit bernapas dan berjalan. Dalam kurun waktu 5 tahun, tumor tumbuh seukuran 2 kali bola sepak.

Berdasar hasil CTscan, gadis dengan tinggi 1,25 m dan berat 39 kg tersebut mengidap tumor seberat 15 kg. “Kondisi Bingbing sangat kompleks. Operasi sangat berisiko karena tumor yang sudah lama berkembang tersebut, menekan jantung dan pembuluh darah. Ini berisiko menimbulkan serangan jantung karena kelebihan muatan, perdarahan dan reaksi iskemik (putusnya suplai darah),” papar Prof. Xu Kecheng.

 

Menggalang dana

Bahwa Bingbing bisa dioperasi semestinya membuat kedua orangtuanya  bersukacita. Nyatanya,  wajah mereka tetap disaput mendung, karena perkiraan biaya yang harus ditanggung sekitar  200.000 RMB (Renminbi –  pecahan dari Yuan) atau sekitar Rp. 400-an juta.

Pihak rumah sakit tak tinggal diam. Dilakukan penggalangan dana lewat media dan pemerintah. Terkumpul dana sekitar Rp.260 juta. Muncul seorang wanita bernama Law Lee Poh dari Malaysia, yang memiliki anak bernasib sama dengan Bingbing. “Bingbing seusia anak perempuan saya. Dia menderita dan tersiksa oleh penyakit yang tidak sembuh-sembuh,” tulisnya lewat email.  Singkat cerita, Law Lee Poh menyumbang 30.000 RMB sehingga donasi mencapai jumlah  170.000 RMB (Rp.348-an juta).

 “Saya benar-benar terharu dengan perhatian yang diberikan Prof. Xu Kecheng dan dokter-dokter di sini. Mereka ingin sekali anak saya sembuh dan semua pengobatan menjadi  gratis karena bantuan donasi itu,” ucap Liu Qing Ying tersendat.

Pagi 15 Juli 2014 operasi dilakukan. Setelah tim dokter berkutat selama 6 jam 50 menit,  tumor seberat 15 kilogram berhasil diangkat dari tubuh mungil Bingbing. Saking besarnya ukuran tumor, bahkan orang dewasa harus memegangnya dengan dua tangan. Setelah tumor dibersihkan, perut Bingbing menjadi sangat kosong dan rata.

“Kami berhasil memindahkan ‘gunung’ dari perut Bingbing, supaya ia bisa memulai hidup baru. Ia sekarang dapat memiliki masa kecil yang bahagia seperti teman sebayanya,” papar pemimpin tim ahli  RS FUDA, Prof. Li Chaolong. Sepengetahuannya, ini adalah tumor terbesar dalam golongan usia muda yang pernah ia lihat selama 40 tahun berkarir sebagai dokter.

Beruntung tidak ada komplikasi paska-operasi. Bingbing menjalani masa pemulihan dan sudah dapat berjalan. Semua tim medis dan keluarga bahagia dengan hasil yang diperoleh. Melihat tumor itu berhasil diangkat, orangtua Bingbing sangat senang. Keluarga besar  tak sabar ingin melihat Bingbing yang sudah tanpa tumor di perutnya. “Kami diminta beberapa minggu lagi tinggal di sini, karena para dokter ingin memulangkan Bingbing dalam keadaan gemuk dan benar-benar sehat,” ucap Liu sambil tersenyum.

Dilaporkan total biaya operasi yang dijalani Han Bingbing 119.092 RMB. Masih ada sisa dana yang terkumpul lewat Xu Kecheng Health Care Studio. Dana ini digunakan untuk pemeriksaan dan perawatan lanjutan Bingbing, dan untuk perawatan pasien dengan kasus serupa.

RS FUDA dan Xu Kecheng Health Care Studio memutuskan untuk memberi bantuan sebanyak 400 RMB (setara Rp. 800 ribu) perbulan, untuk biaya pendidikan. Bantuan akan terus diberikan sampai Bingbing lulus kuliah. Januari 2015, FUDA Cancer Hospitak memberi informasi bahwa kondisi Bingbing semakin membaik dan ia kembali ke bangku sekolah, untuk menuntut ilmu.

Bingbing kini bisa tersenyum, bergurau dan bermain bersama teman dan sahabatnya. Kamarnya dihiasi banyak boneka cantik, hadiah dari mereka yang bersimpati  padanya saat dirawat di FUDA.  “Saya suka boneka,” ujarnya malu-malu.  ( jie, nid)