Pilot Boeing 747 R. Hartanto “Vast But No Room for /Error” (2) | OTC Digest

Pilot Boeing 747 R. Hartanto “Vast But No Room for /Error” (2)

Untuk menjaga kondisi, pilot wajib medical check up 6 bulan - setahun sekali. Pilot Malaysia Airlines menjalani ujian kesehatan di Biro Kesehatan MAS, dilakukan tim dokter yang memiliki ijazah untuk menguji kesehatan awak pesawat (Dept of Civil Aviation). Garuda juga memiliki Biro Kesehatan serupa. Di Singapura, tes kesehatan ada yang dilakukan Rumah Sakit Angkatan Udara di Paya Lebar.

Pilot berpengalaman sekalipun harus lulus uji terbang dengan simulator. Diuji keterampilan menerbangkan pesawat dalam kondisi abnormal dan darurat. Misalnya mesin pesawat mati 1 atau 2 di satu sayap, kegagalan hidrolik atau kegagalan sistem elektrikal. Latihan untuk memperoleh flight license, tergantung kelas dan tipe pesawat. Latihan untuk pilot dengan pesawat fixed wing (bersayap), berbeda dengan rotary wing (helikopter). Pelatihan untuk kapten/pilot berbeda dengan kopilot.

Ada latihan menghadapi kondisi darurat, misalnya pembajakan. Ada pelatihan simulator dengan kru pesawat lengkap (pilot, kopilot, flight engineer dan pramugari/a). Disimulasikan bagaimana menghadapi masalah teknis dan non teknis. Simulasi bila pesawat mendarat darurat di laut saat sedang bergelombang, penggunaan alat pemadam kebakaran, kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi. Termasuk kordinasi dengan petugas ATC.

Pelatihan dimaksudkan untuk menciptakan keamanan penerbangan yang tinggi. Perlu waktu dan biaya mahal. Sedangkan, selama pelatihan, pilot dan kru tidak menghasilkan uang bagi perusahaan. Hanya perusahaan berkelas yang melakukan pelatihan secara konsisten dan berkelanjutan karena mahalnya biaya. Di sisi lain, zero accident menjadi iklan yang baik dan dapat meningkatkan pendapatan perusahaan

 

5 Benua

Setelah mengikuti pendidikan penerbang di Curug, Hartanto bertugas di Garuda Indonesia. Ia menerbangkan pesawat Fokker F-28 DC-9, DC-10, Airbus A300 dan Boeing B747-200/300. Setelah 17 tahun di Malaysia Airlines ia kembali ke tanah air dan bergabung ke Sempati Air. Ia pernah terbang nonstop dari Angola, Afrika Barat Daya) ke Tianjin (sebelah tenggara Beijing), Tiongkok (Asia) melewati Pakistan, Afghanistan dan Mongolia. Penerbangan ditempuh selama 16 jam,

Hartanto sudah terbang ke banyak negara di dunia, menjelajah 5 benua dan melintasi 7 samudera. Teman dan sahabatnya tersebar mulai dari Afrika Selatan, Ghana, Switzerland, Polandia, Australia, Canada sampai Amerika Serikat.

Menjelajah berbagai negara di dunia, tentunya, lengkap dengan budaya, perubahan cuaca, nilai-nilai, gaya hidup, termasuk ragam kulinernya. Sebagai ujung tombak perusahaan penerbangan, pilot diperlakukan penuh hormat. Di Eropa, Amerika, Australia, standarnya menginap di suite room dengan segala kenyamanan dan kemewahannya. Makan minum tinggal pesan. Gaji utuh, masih mendapat uang saku dan makan sebesar 2-3x gaji.

“Sarapan sengaja makan banyak, supaya tidak makan siang dan makan malam,” ia berseloroh. Tapi, menginap di suite room hotel mewah sebenarnya rugi, sebab, “Kalau memberi tips tidak mungkin hanya satu dolar.”

Meski makanan serba lezat,pilot harus bisa mengontrol diri agar berat badan dan kadar kolesterol tetap terjaga. Juga harus pandai-pandai memilih menu. Dalam kecelakaan pesawat yang terbang dari sebuah negara di Afrika, ada dialog antara pilot dan kopilot. Di black box terekam, beberapa saat sebelum terjadi kecelakaan mereka menyatakan kurang fit. Mereka mengeluh ada gangguan di perut dan tak bisa tidur nyenyak, karena mengonsumsi menu tertentu saat makan malam.

ooo