Linda Gumelar Kangker
Linda Gumelar_kanker_payudara

Linda Gumelar Mematahkan Vonis Dokter

Kabar itu bagaikan badai yang membuat semuanya porak poranda Mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar divonis harapan hidupnya tinggal 40% akibat kanker payudara. “Itu bulan Maret tahun 1996, saat saya mau ibadah haji,” kenangnya. Rencana ke Tanah Suci batal.

Awalnya tidak ada keluhan yang dirasakan. Ia hanya tergerak ingin memeriksakan diri. Melalui pemeriksaan USG, ditemukan ada yang tidak normal di payudara. Dari pemeriksaan mamografi,  ia dinyatakan positif kanker pada payudara kiri. Ia menangis. Bukan menangisi kondisinya, tapi karena ingat anak.

Kelahiran Bandung, 15 November 1951 ini, ketika suaminya pulang, ia tengah menangis di kamar. Jendral TNI AD (Purnawirawan) Agum Gumelar bertanya, apa yang terjadi, “Tangis saya makin kencang.”

 

Ke Belanda

Kala itu, informasi mengenai kanker belum banyak. Banyak yang menganggap kanker adalah penyakit kutukan atau santet. Seperti  apa pengobatan kanker, pilihan terapi dan efek sampingnya, ibu dua anak ini tak punya bayangan, Ia langsung teringat Rima Melati. Aktris senior itu divonis penyakit yang sama tahun 1989 dan berobat ke Belanda. Mengikuti langkah Rima Melati, Linda berangkat ke RS khusus kanker di Rotterdam, Belanda.

Ia berangkat bulan April, saat libur Paskah. Di awal musim semi itu Belanda masih sangat dingin. “Saya lihat dari jendela, langitnya muram, berangin, sepi. Rasanya pilu, seperti akan menghadapi maut,” ucapnya.Namun, Ny. Linda berusaha tegar. Ia sadar, kesedihan tidak akan membantu, malah memperburuk situasi.

Sekitar dua minggu kemudian, ia menjalani operasi pengangkatan kanker payudara, sekaligus getah bening untuk menghentikan penyebaran kanker. Rasa cemas, takut dan galau tak terhindarkan. Akhirnya ia pasrah, ikhlas dan berserah diri. “Saya memohon kepada Allah SWT, ‘Jika ini kehendak-Mu, saya pasrah. Seandainya diberi kesempatan, panjangkanlah umur saya,” ia berdoa. Permintaannya satu: bisa melihat anak pertamanya lulus kuliah dan meraih gelar sarjana.

Ada momen yang tak terlupakan. Sebelum masuk ruang operasi, sang suami Agum Gumelar menyerukan salam “Komando!”, mungkin refleks sebagai militer. Bagi Linda, seruan itu merupakan penyemangat.

Operasi selama +5 jam berjalan lancar. Usai operasi, Ny. Linda tetap di Belanda hingga beberapa waktu. Seminggu kemudian hasil pemeriksaan pasca operasi keluar. “Kami saling berpegangan tangan sambil menunduk.” Menurut dokter, kanker masih stadium awal dan tidak ada penyebaran. Mereka pun menangis bahagia dan berpelukan. “Kami seperti orang mau dihukum mati tapi hidup lagi,” tuturnya. Karena masih stadium nol, ia tidak perlu kemoterapi.

Kontrol rutin ke Belanda awalnya 3 bulan sekali, lalu 6 bulan sekali, hingga akhirnya 1x setahun. Ini dijalaninya selama 5 tahun. Alhandulillah, hingga kini sel-sel kanker tidak muncul lagi. Ia bersyukur memiliki keluarga penuh cinta dan selalu memberi semangat, “Allah Maha Besar. Alhamdulillah vonis dokter bahwa harapan hidup saya tinggal 40%, tidak terbukti.”

 

Yayasan kanker

Bersama dr. Sutjipto Sp.B-Onk (alm) dan beberapa penyintas kanker payudara lain seperti Rima Melati, Ibu Tati Hendroprijono dan Ibu Andy Endriartono Sutarto, didirikan Yayasan Kanker Payudara Jakarta (YKPJ), 19 Agustus 2003. Tujuannya, menyebarkan informasi mengenai bahaya kanker payudara dan membantu pengobatan pasien kanker payudara. Januari 2015, YKPJ berubah menjadi YKPI (Yayasan Kanker Payudara Indonesia).

YKPI gencar melakukan edukasi SADARI (periksa payudara sendiri) bagi kaum perempuan untuk mendeteksi kelainan payudara sedini mungkin. Ia bertekad untuk terus aktif dalam kegiatan sosial. Tak lagi menjadi menteri, jadwalnya tetap padat. Ia didaulat menjadi Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Terbuka periode 2014-2019. Ia juga kembali aktif di KOWANI (Kongres Wanita Indonesia), dan mengurus Rumah Pesona Kain, perkumpulan yang didirikan untuk melestarikan kain Nusantara.

Pola makannya kini tidak banyak minyak, lemak, MSG dan pengawet, yang bisa memicu kambuhnya kanker. (nid)

Baca juga: Lisa Lestasi Pasrah dan "Enjoy the Life"