Hana “Madness” Alfikih, Melawan Gangguan Bipolar Lewat Seni (Bagian 2) | OTC Digest

Hana “Madness” Alfikih, Melawan Gangguan Bipolar Lewat Seni (Bagian 2)

Menggambar sebagai pelarian

Kondisi mental Hana yang tidak stabil membuatnya tidak bisa menerima materi pelajaran, hanya dengan menggambarlah ia bisa melampiaskan perasaannya. Ia merasa tenang ketika menggambar.

Hana baru mendapatkan penanganan medis selepas SMA (2010), dibawa oleh seorang temannya ke dokter. “Itu juga karena dia bingung setelah satu minggu saya nginep di kosan dia, tiap hari nangis, tidak mau makan, tidak mau mandi, hahaha,” gelaknya.

Baca juga : Peran Keluarga Bagi Penderita Bipolar

Saat itu dokter mendiagnosa Hana mengalami gangguan jiwa skizofrenia. Karena merasa tidak cocok dengan pengobatan saat itu, sempat berpindah-pindah dokter. Sehingga sifat pengobatannya pun on-off.  Episode depresi atau manik (penuh energi, ide mengalir terus, dll) tetap dialaminya.

“Kalau lagi depresi aku selalu bilang : ma aku ingin mati, tanpa tahu apa alasannya. Orangtua melihat secara fisik aku tidak apa-apa, padahal secara mental aku drop banget,” tutur Hana. 

Baru pada tahun 2012 Hana mendapat kepastian bahwa gangguan mental yang dideritanya adalah bipolar, dan mendapatkan pengobatan dengan benar. Saat itu jugalah kedua orangtuanya mendapat penjelasan medis dari dokter.

Baca juga : Hana “Madness” Alfikih, Melawan Gangguan Bipolar Lewat Seni (Bagian 1)

Merasa lelah dengan suasana hati yang tak bisa ia kontrol, Hana pun akhirnya mencoba menerima kondisinya. Sejak saat itu lah Hana seperti dapat menemukan dirinya kembali.

 “Saya pasrah, tapi tidak menyerah. Saya harus berdamai dengan diri sendiri,” tambahnya. Itu menjadi titik balik sampai akhirnya membuahkan hasil sampai bisa berkarya, bisa dilihat dan dirasakan orang lain.

Ia merasa orang-orang dengan gangguan mental sangat dekat dengan seni. Dibutuhkan konflik untuk menjadi seniman yang kreatif. “Kemarin aku baru balik dari London, di sana apresiasi terhadap penyandang disabilitas mental sudah tinggi sekali. Itu semakin mendorongku,” katanya.

Hingga kini, tidak terhitung karya yang berhasil dibuat olehnya. Beragam pameran juga pernah memuat karya doodle art miliknya. Bahkan tahun lalu, Hana juga sempat mendapat undangan ke Inggris dari  British Council untuk acara Unlimited Festival. Selain membawa karyanya, Hana juga berbicara soal seni dan gangguan kesehatan jiwa.

“Banyak yang bisa saya sampaikan melalui seni. Saya menghimbau kepada keluarga atau teman dari orang-orang dengan gangguan bipolar, untuk dapat memberikan dukungan positif,” tutupnya. (jie)