Dodi : Dikira Kanker, Tenyata Harus Potong Usus 40 Cm (Bagian 2) | OTC Digest

Dodi : Dikira Kanker, Tenyata Harus Potong Usus 40 Cm (Bagian 1)

Informasi pertama dari dokter, “Anda mungkin menderita kanker kelenjar getah bening.”

Informasi kedua dari dokter yang sama, “Selamat! Ini bukan kanker, tidak ada tanda-tanda kanker di jaringan getah bening.”

“Drama” yang dialami Dodi (bukan nama sebenarnya), 38 tahun, seorang pekerja media di Semarang, itu bermula di bulan Agustus 2010. Kala itu, saat meraba perut kanannya, ia merasakan ada benjolan. Tidak sakit saat ditekan dan tidak tampak jika tanpa diraba. Ia merasa ada yang tidak beres di perutnya, karena sakit maag yang dideritanya tidak akan menyebabkan benjolan seperti itu.

Buru-buru ia memeriksakan diri ke dokter. Ia seperti disambar geledek saat mendapat informasi bahwa selain menderita maag yang dinilainya remeh-temeh, ia juga mengidap kanker. Ia berfikir, penyakitnya ini karena faktor genetik; sang ayah dulu meninggal karena kanker limpa.

“Dokter menyarankan untuk segera dioperasi. Mengingat usiaku yang tergolong muda untuk ukuran orang yang kena kanker, kemungkinan sembuh masih besar,” ujarnya.

Sesuai prosedur, sebelum operasi dilakukan pemeriksaan dengan CT scan (computed axial tomography) untuk pencitraan organ tubuh melalui radiasi sinar X. Lalu dilakukan biopsi, yakni pengambilan jaringan di leher – di kelenjar getah bening. Dodi bersyukur karena dari pemeriksaan tersebut, ternyata tidak ditemukan tanda-tanda kanker kelenjar getah bening.

Hanya, dokter merasa perlu membedah perutnya untuk melihat langsung ada masalah apa di dalam sana. Dokter menduga, kemungkinan infeksi akut di perut dan harus potong usus.

Persiapan operasi segera dilakukan. Masuk ruang operasi, Dodi dibius total. Perutnya dibuka sekitar 10 cm pada bagian tengah. Selesai operasi, Dodi melihat bekas sayatan membujur di perutnya yang ditutup dengan lem khusus, bukan di jahit.

“Ternyata memang infeksi akut, sehingga ususku harus dipotong 40 cm, dari usus halus ke usus besar. Dokter bilang, itu karena kebiasaan makan yang tidak higienis,” ia meringis membenarkan.

Makan sekenanya, kurang istirahat

Mobilitas Dodi terbilang tinggi. Sebagai pewarta foto di sebuah koran nasional yang menetap di Semarang, ia sering berada di jalan. Tuntutan pekerjaan, membuatnya kerap mengabaikan masalah kesehatan.

Waktu makan tidak teratur dan asal memilih makanan, adalah hal biasa. Ditambah kurang istirahat, konsumsi alkohol dan merokok, kian  memperburuk kondisi tubuhnya.

Sejak Februari 2010 lalu, setiap kali telat makan perutnya terasa sakit. “Memang, saya sejak masih kuliah punya sakit maag, tapi tidak parah. Jadi, saya pikir, ini juga karena sakit maag,” ujarnya.

Sekitar 3 bulan kemudian, frekuensi sakitnya menjadi lebih intens, kadang dalam kondisi biasa pun perut sakit. Saat naik sepeda motor lalu ada guncangan, perut terasa nyeri.

“Kalau lagi kambuh, badan rasanya seperti meriang, tapi kemudian hilang. Sakitnya hilang timbul,” papar Dodi. “Ini berlangsung terus sampai 6 bulan. Saya berfikir, ini maag biasa, jadi tidak ke dokter.”

Sekalinya ke dokter, ia diduga mengidap kanker getah bening. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker kelenjar getah bening memiliki pertumbuhan ketiga tercepat setelah kanker kulit dan kanker paru-paru, ditandai timbulnya benjolan-benjolan di kenjar getah bening (pangkal paha, ketiak dan belakang telinga).  (jie)

Bersambung ke bagian 2