Abdullah Al Juffry, “Ditipu” Dokter Bedah 1 | OTC Digest

Abdullah Al Juffry, “Ditipu” Dokter Bedah 1

Memasuki usia 67 tahun, sosoknya masih tegap. Perut sedikit membuncit dan rambutnya yang beruban dipotong tipis rapi. Ia ramah dan aktif dalam berbagai kegiatan. Siapa menduga, Abdullah Al Juffry, dulu pernah mengidap kanker kolon atau karsinoma kolorektal (KKR), atau kanker usus besar dan hampir saja meninggal.

Awalnya, bapak 3 anak ini hanya mengeluh perutnya sakit. Ia mengira sakit maag. “Sekitar dua bulan, saya ngerasain maag saya sakit dan ternyata obat dari dokter tidak banyak membantu,” katanya. Sakit yang dirasakan hanya kalau malam menjelang tidur, sekitar pukul 10-11 malam. Perut seperti ditusuk-tusuk dan, “Rasanya perih banget.”

Waktu itu, bulan Juni 2001. Kesal dengan sakit maag yang tak kunjung sembuh, ia melakukan CT scan (Computerized Tomography scanning). Dari sanalah kabar itu datang. “Dokter bilang bahwa ada hambatan di usus dan harus segera diambil tindakan; itu adalah kanker. Wow, saya langsung syok, dunia seperti mau kiamat,” katanya.

Abdullah seperti tidak diberi kesempatan untuk “mencerna” berita tidak menyenangkan itu. Ia mencoba mengulur waktu dan meminta agar operasi jangan dilakukan segera. Namun, dokter mendesak untuk segera operasi.

“Rupanya mereka tahu, saya mau ke pengobatan alternatif. Mereka berusaha membuat saya percaya, dan menjelaskan bahwa masalah penyakit saya itu sangat mudah. Usus tinggal dipotong, kemudian disambung lagi. Dokter bilang, sel kanker bergerak terus dan sangat berbahaya,” ujarnya. Akhirnya, Abdullah bersedia menjalani operasi.

Dokter, yang kebetulan kakaknya sendiri, menjelaskan bahwa usus memiliki gerak meremas/peristaltik - gerakan semacam gelombang, sehingga menimbulkan efek menyedot/menelan makanan yang masuk ke saluran pencernaan. Saat tidak ada makanan yang dicerna, sementara usus tetap bergerak, terjadi gesekan di usus antara tonjolan yang adalah kanker dengan dinding usus. Dari sanalah rasa sakit itu timbul, yang awalnya diduga sakit maag.

Dokter mendiagnosa, kanker Abdullah masuk stadium 2B. Sel-sel abnormal yang semula terdapat di bagian terdalam lapisan usus besar, mulai menyebar ke bagian tengah lapisan usus dan ke organ-organ terdekat. Namun, belum sampai melewati dinding usus dan menyebar ke organ lain.

Metode bedah merupakan cara paling efektif untuk mengatasi kanker usus besar, terutama bila penyakit masih terlokalisir. Usus Abdullah dipotong 40 Cm, dari total panjang sekitar 1 meter.  Kenapa dipotong begitu panjang? Ini dilakukan untuk mengantisipasi agar semua jaringan yang rusak akibat sel kanker terbuang.

Sakit pasca-operasi, berlangsung beberapa minggu. Ia membayangkan mungkin seperti itu sakitnya ibu yang melahirkan. “Saya ditipu sama Ibrahim (rekannya, dokter yang mengoperasi). Katanya tidak akan terjadi apa-apa, enak. Nyatanya minta ampun sakitnya,” ia terkekeh. Operasi tersebut membuatnya “lumpuh”, karena pada dasarnya Abdullah orang yang aktif dan dinamis.

Bagaimana kelanjutan cerita Abdullah?

Baca juga : Abdullah Al Juffry, “Ditipu” Dokter Bedah 2