Waspadai kurang gizi mikro di masa kehamilan dan apa dampaknya | OTC Digest

Waspadai kurang gizi mikro di masa kehamilan dan apa dampaknya

Status gizi ibu di masa kehamilan berperan penting bagi pertumbuhan janin. Selama 1000 hari pertama - dimulai sejak di dalam kandungan sampai usia 2 tahun- menentukan kualitas kesehatan si kecil di masa depan.

Untuk mendukung kehamilan yang sehat, seorang ibu membutuhkan zat gizi dalam jumlah besar, baik gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan mikro (vitamin dan mineral). Faktanya Riskesdas (Riset Kesahatan Dasar) 2018 membeberkan, 1 dari 2 ibu hamil (bumil) mengalami anemia dan kekurangan gizi mikro, seperti zat besi dan asam folat.

Spesialis kandungan dan kebinanan, Dr. dr. Ali Sungkar, SpOG(K) mengatakan, “Pada masa kehamilan, kebutuhan gizi mikro meningkat. Jika kekurangan gizi mikro berisiko buruk pada janin, seperti kelainan plasenta, dan perdarahan saat melahirkan, bahkan meninggal dalam kandungan.”

Dr. Ali menambahkan, pembentukan tabung serabut saraf (neural tube) janin selesai pada 28 hari pertama kehidupan. Kekurangan gizi mikro, terutama asam folat (vitamin B9), pada periode kritis tersebut berisiko menyebabkan cacat yang disebut neural tube defect (NTD).

Tabung serabut saraf adalah bagian tubuh janin yang akan menjadi otak dan sumsum tulang belakang. NTD terjadi saat tabung saraf gagal menutup  dengan sempurna. Dua jenis NTD yang paling umum terjadi adalah spinalbifida dan anencephaly.  

Itu sebabnya penting untuk mempersiapkan kebutuhan gizi, baik makro maupun mikro, bahkan sejak sebelum hamil. Selain dua cacat tersebut di atas, kurang gizi adalah penyebab tersering bayi lahir prematur dan berat bayi lahir kurang (BBLR).  

 “Bayi yang lahir kecil (prematur / BBLR), menurut penelitian lebih berisiko menjadi obesitas dan menderita penyakit kardiovaskuler (jantung /stroke), serta diabetes saat dewasa,” urai dr. Ali dalam persentasinya di acara SGM Bunda Dampingi Bunda Jalani Kehamilan dengan Sehat, Sebagai ‘Langkah Awal Dukung Generasi Maju’, yang berlangsung di Jakarta (17/7/2019).

Kebutuhan nutrisi saat hamil

Tubuh akan mengalami perubahan fisik dan hormon di masa kehamilan, ini mempengaruhi jumlah asupan nutrisi yang dibutuhkan per hari. Jika kebutuhan nutrisi saat tidak hamil sekitar 2000 kalori/hari, maka di masa kehamilan perlu tambahan hingga 300 kalori/hari (selama 280 hari).

Secara khusus, mereka dengan indeks massa tubuh (IMT) rendah (< 19,8) peningkatan berat badan yang harus dikejar antara 12,5 – 18 kg. Bumil dengan IMT normal (antara 19,8 – 26,0) rekomendasi peningkatan bobotnya antara 11,5 – 16 kg. Untuk bumil yang tergolong gemuk (IMT tinggi : 26,1 – 29) rekomendasinya berat badan hanya boleh bertambah 7-11,5 kg.

Sementara itu, menilik rekomendasi the International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO), pada masa prakonsepsi (sebelum hamil) calon ibu harus memenuhi asupan zat besi (Fe), vitamin B9 (asam folat), B12, vitamin D dan iodium.

Memasuki masa kehamilan trimester pertama (0-12 minggu), penting mencukupi kebutuhan Fe, asam folat, vitamin B12, vitamin D, vitamin E, protein dan lemak. Ini dibutuhkan untuk menunjang pembentukan organ vital, otak, sistem saraf, jantung dan kelamin.

Pada trimester kedua organ-organ vital mengalami pematangan, demikian pula terjadi peningkatan produksi darah dan pembentukan tulang. Untuk menunjang diperlukan asam folat, Fe, kalsium, vitamin E, karbohidrat, protein dan lemak. Pada trimester ketiga, terutama dibutuhkan asupan lemak, asam folat, kalsium, vitamin B, vitamin D, iodium dan protein.  

Kebutuhan nutrisi untuk masa menyusui antara lain protein, lemak, kalsium, zat besi dan vitamin D. “Bayi yang lahir kecil, disebabkan oleh lahir prematur atau kurang nutrisi selama kehamilan, lebih berisiko mengalami stunting di kemudian hari,” tegas dr. Ali. (jie)