Wanita Kurang Tidur Lebih Berisiko Stroke | OTC Digest

Wanita Kurang Tidur Lebih Berisiko Stroke

Stroke masih menjadi penyebab kematian tertinggi akibat penyakit tidak menular. Risiko wanita mengalami stroke lebih rendah dari pria. Namun, 60% wanita yang mengalami stroke tidak mampu bertahan.

Ini karena wanita lebih mudah stres, di mana  pelepasan hormon kortisol dan epinefrin meningkat. Hormon ini bisa menyebabkan tekanan darah meningkat dan penumpukan lemak di pembuluh darah hingga terjadi aterosklerosis. “Karena sirkulasi darah terganggu, ketahanan tubuh menjadi rendah,” ujar Prof. dr. H. Jusuf Misbach, Sp.S(K).

Wanita relatif aman dari serangan stroke pada usia produktif, namun tidak lagi setelah menopause. Studi menemukan, 250.000 lebih wanita usia produktif berpotensi mengalami stroke iskemik (sumbatan). “Pada kasus menopause dini (sebelum usia 46 tahun), resiko wanita 2x lipat terserang stroke, serangan jantung dan gangguan jantung-pembuluh darah,” jelas Prof. Jusuf.

 

Masa Menopause

Memasuki usia menopause, pasokan hormon estrogen alami berkurang,  menyebabkan ketidakseimbangan hormon serta fungsi organ dalam tubuh dan perubahan kesehatan secara keseluruhan.

Estrogen memperlebar dan menghaluskan pembuluh darah bagian dalam serta melenturkannya, hingga aliran darah lancar dan tekanannya turun. Estrogen mempengaruhi faktor penggumpalan darah di hati, hingga mengurangi kekentalan darah dan meningkatkan fibrinolisis. Estrogen juga diketahui sebagai antioksidan, yang membersihkan radikal bebas perusak pembuluh darah.

Peran pelindungan estrogen pada wanita, dapat dijelaskan sebagai berikut. Kira-kira dua tahun sebelum menopause, produksi estrogen menurun menyebabkan menurunnya  fungsi perlindungan. Kadar kolesterol jahat (LDL) meningkat dan kadar kolesterol baik (HDL) menurun. “Kondisi ini merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung, pembuluh darah dan stroke,” ujarnya.

 

Tidur Cukup

Tidur cukup sangat dianjurkan. Namun, jangan terlalu banyak atau kurang tidur. Studi menunjukkan, wanita premenopause dan menopause yang terlalu banyak atau terlalu sedikit tidur, berisiko tinggi menderita stroke, khususnya stroke iskemik, karena berpengaruh pada minimnya pasokan darah ke otak.

Pada sebuah studi, dari 93.676 partisipan ditemukan bahwa wanita yang rutin tidur 9 jam atau lebih, 70%nya berpotensi menderita stroke iskemik dibandingkan yang tidur 7 jam/malam. Studi ini juga menemukan, wanita yang tidur 6 jam atau kurang berisiko 14% lebih tinggi kena stroke dibanding yang tidur 7 jam.

 

Manfaat Isoflavon

Banyak riset membuktikan, kandungan isoflavon yang terkandung dalam kedelai mampu meniru peranan hormon estrogen pada wanita. Estrogen berikatan dengan reseptor estrogen sebagai bagian dari aktivitas hormonal, menyebabkan serangkaian reaksi yang menguntungkan tubuh.

Saat kadar hormon estrogen menurun, akan terdapat banyak kelebihan reseptor estrogen yang tidak terikat. Isoflavon yang merupakan phitoestrogen, dapat berikatan dengan reseptor tersebut. Jika tubuh mengonsumsi isoflavon, misalnya dengan mengonsumsi produk-produk kedelai, akan tejadi pengaruh pengikatan isoflavon dengan reseptor estrogen yang menghasilkan efek menguntungkan, sehingga mengurangi gejala menopause.

Riset Hung Fat Tse dan William MW Mong membuktikan khasiat isoflavon dalam menjaga kesehatan jantung dan mencegah stroke. Dalam risetnya, mereka menemukan, penggunaan suplemen isoflavon pada dosis 80 mg sehari selama 12 minggu, secara signifikan mampu meningkatkan pelebaran pembuluh darah sehingga memperbaiki sirkulasi darah. Pada studi ini juga ditemukan penurunan signifikan kadar protein high-sensitivity C-reactive, yang merupakan indikator terjadinya peradangan. (puj)