Tangkal Anemia, Tingkatkan Produktivitas | OTC Digest

Tangkal Anemia, Tingkatkan Produktivitas

Produktivitas perempuan bisa terancam oleh anemia, yang 60% disebabkan oleh kekurangan (defisiensi) zat besi. Perempuan lebih rentan terhadap anemia karena tiap bulan kehilangan darah saat haid; bila asupan nutrisi kurang baik, muncullah defisensi zat besi kronik.

Sebelum anemia berat, awalnya terjadi defisiensi zat besi secara bertahap. “Diawali dari defisiensi tingkat ringan, sedang hingga berat. Baru masuk ke anemia,” terang Prof. Dr. Endang L. Achadi, Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Medik Indonesia (PDGMI) dalam bincang-bincang mengenai anemia, yang digagas oleh PDGMI dan Merck Indonesia di Jakarta, 29 Maret 2017. Tahapan ini umumnya berjalan secara perlahan sehingga tubuh beradaptasi. Penderita yang mengalami gejala anemia 5L (lemah, letih, lesu, lelah, lunglai), pucat, kurang bergairah dan detak jantung cepat jadi terbiasa dengan kondisinya, dan tidak lagi merasa bahwa dirinya sakit.

Anemia berarti kadar Hb (hemoglobin) di bawah angka normal. Untuk perempuan, minimal 12 mg/dL. Kekurangan zat besi membuat kadar Hb dalam darah rendah, padahal Hb berguna untuk membawa oksigen ke seluruh sel tubuh. “Darah harus cukup mengandung oksigen. Kalau Hb rendah, oksigen tidak mencukupi; tubuh akan terasa lemas dan otak kurang konsentrasi,” tutur Prof. Endang. Menurutnya, anemia bisa menurunkan produktivitas kerja perempuan Indonesia hingga 20% atau 6,5 jam/minggu.

Diet tidak seimbang karena ingin langsing, berpotensi besar menyebabkan anemia. Prof. Endang menegaskan, mengonsumsi sumber zat besi, protein dan vitamin bisa mencegah anemia. “Pada umumnya, pola makan masyarakat Indonesia rendah zat besi, sehingga prevalensi anemia tinggi. Bisa ditambah dengan suplemen zat besi dan berolahraga teratur,” imbuhnya.

Perhatikan pemilihan olahraga. Tren olahraga berat seperti iron gym atau TRX (total body exercise) justru bisa memicu anemia. Ini bisa terjadi pada orang yang tidak terbiasa olahraga lalu berolahraga dengan intensitas berat hingga memacu 80% denyut jantung maksimal. “Keringat yang keluar berlebihan membuat elektrolit dan zat besi banyak terbuang dari tubuh,” jelas dr. Michael Triangto, Sp.KO. Adapun berlari menyebabkan banyak benturan pada kaki sehingga sel darah pecah. Bila dilakukan berlebihan, juga bisa memicu anemia.

Pada kesempatan ini, diperkenalkan senam Anemiaction, yang terdiri dari kombinasi gerakan sederhana dan fokus pada beberapa bagian tubuh, yakni peregangan bawah, tengah dan atas. “Gabungan gerakan pada senam Anemiaction meningkatkan mitokondria, generator sel pada tubuh manusia. dengan melakukan senam ini, gejala anemia bisa berkurang, tubuh pun lebih segar dan produktif saat beraktivitas,” papar dr. Michael. (nid)