Risiko Turun Berok pada Perempuan | OTC Digest

Risiko Turun Berok pada Perempuan

Bagi perempuan, proses persalinan yang melelahkan, menyakitkan dan berisiko tinggi,  tidak seberapa dibandingkan kebahagiaan kala memeluk dan mendekap si buah hati. Kebahagiaan ini kadang membuat ibu melupakan kondisinya. Bisa terjadi prolaps organ panggul (POP), yakni kondisi di mana dinding vagina serta organ panggul turun dari posisi yang seharusnya; istilah awamnya turun berok atau hernia. Pada stadium lanjut, organ keluar dari liang vagina hingga terlihat seperti bola menggantung di vagina.

Organ panggul mencakup kandung kemih, rektum (saluran tinja), rahim, indung telur dan tuba falopi (saluran indung telur ke rahim). Semuanya disangga jaringan dan otot perut bawah.  Tekanan saat mengejan saat bersalin, bisa melemahkan otot dan jaringan ini hingga tidak lagi sempurna menyangga organ panggul. “Terutama jika terjadi robekan, penggunaan alat bantu saat persalinan, dan proses persalinan yang lama,” ujar Dr. dr. Budi Iman Santoso, Sp.OG dari FKUI/RSCM, Jakarta. Ukuran bayi yang terlalu besar, induksi persalinan, obesitas, usia, faktor genetik, sering melahirkan, dan hal lain yang meningkatkan tekanan pada panggul seperti batuk menahun, meningkatkan risiko POP.

Sekitar 50% perempuan yang telah melahirkan akan mengalami POP, dari derajat ringan hingga berat. Di RSCM selama 2005-2010, ada 260 kasus prolaps yang dioperasi. “Yang tidak dioperasi, lebih banyak lagi,” ujar Prof. dr. Junizaf, Sp.OG-K dari FKUI/RSCM, Jakarta. Sekitar 20% dari operasi ginekologi merupakan kasus hernia.

Turun berok tidak menyebabkan kematian, tapi bisa menimbulkan cacat permanen dan menurunkan kualitas hidup. Vagina yang menonjol atau rahim yang keluar, tentu merepotkan saat buang air kecil; harus diangkat lebih dulu. Berjalan sulit karena ada ganjalan, dan gesekan bisa menimbulkan pendarahan pada organ yang keluar. Hubungan intim pun akan terganggu. (Baca juga: Stop Beser yang Menyiksa)

Pada derajat ringan (stadium 1-2), POP umumnya tidak mengganggu dan tidak ada keluhan. “Bisa dilakukan tindakan konservatif, misalnya senam kegel,” terang Dr. dr. Budi. Senam kegel berfungsi mengencangkan dan memperkuat otot dasar panggul. Sangat baik dilakukan sejak memasuki usia reproduktif dan sebelum hamil, untuk mencegah hernia di kemudian hari.

Stadium 3 di mana rahim sudah keluar dari lubang vagina, biasanya perlu dilakukan operasi. Stadium 4 harus operasi, karena rahim dan dinding vagina telah keluar dari lubang vagina. Bedah dilakukan dengan memotong rahim yang keluar, memperbaiki stuktur organ panggul lain beserta penyangganya, lalu dijahit. Ini bisa mengurangi panjang vagina, hingga bisa menimbulkan nyeri saat berhubungan intim.

Metode mesh melibatkan operasi perbaikan otot penyangga rahim, kemudian dipasang mesh pada organ yang prolaps sebagai penyangga. Mesh seperti kasa, terbuat dari polypropylene tipis, elastis, tapi kuat. Jaringan tubuh akan tumbuh di mesh sehingga memperkuat jaringan dasar panggul.

Operasi POP melibatkan banyak faktor; sangat individual karena kondisi tiap pasien berbeda. (nid)

 

Baca juga: Turun Berok bisa Dideteksi