Pernikahan Dini Tingkatkan Risiko Kanker Serviks | OTC Digest

Pernikahan Dini Tingkatkan Risiko Kanker Serviks

Masih ada stigma bahwa kanker serviks (leher rahim) hanya disebabkan oleh seks bebas atau serin berganti pasangan. “Ini tidak sepenuhnya benar. Siapapun dapat terkena kanker serviks karena virus ditularkan dari kulit ke kulit, tidak hanya melalui kontak hubungan seksual tetapi juga melalui tangan yang terkontaminasi,” jelas Prof. Andrijono, Sp.OG(K), Ketua Umum HOGI (Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia), dalam siaran pers yang diterima OTC Digest. Virus penyebab kanker serviks dikenal dengan HPV (human Papilloma Virus).

Salah satu penyebab perempuan Indonesia rentan terhadap kanker serviks yakni pernikahan usia muda. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, ada 49% perempuan menikah di bawah usia 19 tahun. Hubungan seksual pertama kali di usia muda telah lama dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks invasif. Seperti yang ditunjukkan dalam sebuah kumpulan analisis dari berbagai studi di 8 negara berkembang, dengan lebih dari 1.800 kasus (K. S. Louie, dkk, 2009). Ditemukan bahwa risiko kanker serviks invasif meningkat 2,4 kali lipat pada perempuan yang berhubungan seksual pertama kali dan hamil pertama kali di usia <16 tahun, dibandingkan yang mengalaminya di usia >21 tahun.

Bisa jadi, hal tersebut berkaitan kondisi serviks. Reich O (2005) dalam studinya memaparkan bahwa kemungkinan, zona transformasi serviks menjadi sangat rentan terhadap infeksi sejak menars hingga usia 16 tahun. Selama fase ini, ada banyak sel yang tidak terdiferensiasi (sel-sel parabasal atau basal) di daerah tersebut. HPV hanya bisa menginfeksi sel-sel ini, dan ikut bereplikasi saat sel matang menjadi keratinosit. Dan, zona transformasi serviks menjadi lebih “terbuka” selama masa puber. Selain itu, tidak terjadi respon imun sekunder HPV saat hubungan seksual pertama di usia dini sehingga respon imun untuk melawan HPV kurang efisien. Menghindari pernikahan usia dini akan banyak melindungi permepuan dari kanker serviks.

 

KICKS

Pada 3 Maret lalu, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki menerima HOGI untuk sosialisasi program KICKS (Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks). Salah satu yang diupayakan yakni program penatalaksanaan (skrining abnormal) dan vaksinasi HPV melalui program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah). “Kami berharap ada endorsement untuk mempercepat masuknya vaksin HPV ke program nasional, mengingat vaksin HPV sudah masuk ke program BIAS dan telah diproduksi di Indonesia,” tutur Prof. Andrijono.

Biofarma sudah mampu memproduksi vaksin HPV untuk kebutuhan dalam negeri dengan harga hanya 20% dari harga vaksin sebelumnya, sehingga program nasional vaksinasi HPV sangat mungkin. HOGI menargetkan 75 ribu vaksin bisa didistribusikan. Vaksin HPV tidak hanya mencegah kanker serviks, tapi juga mencegah kanker lain yang disebabkan oleh HPV seperti kanker vagina, vulva, anus, mulut, lidah dan tenggorokan.

Teten Masduki mendukung penuh program pemberantasan kanker serviks. “Kita harus membangun kesadaran masyarakat melakukan pemeriksaan dini dan pencegahan yang selama ini terhitung amat rendah. Upaya ini efektif dengan melibatkan kerja bareng pemerintah, swasta, dan sekolah,” ujarnya. (nid)