Perlukah Douching Daerah Kewanitaan? | OTC Digest

Perlukah Douching Daerah Kewanitaan?

Wanita perlu menjaga area kewanitaan karena daerah ini berkaitan erat dengan organ reproduksi. Saat ini juga berkembang tren melakukan douching agar vagina lebih bersih. Tapi sebenarnya amankah tindakan tersebut dilakukan?

Keputihan adalah masalah kewanitaan yang paling umum terjadi. Padahal sebenarnya keputihan bisa bersifat fisiologis (normal), walau bisa berkembang menjadi patologis (tanda adanya penyakit). Sebagian kaum hawa yang sangat sadar dengan kebersihan area intimnya melakukan vaginal douching, dengan menyemprotkan cairan khusus ke dalam vagina untuk membunuh kuman.

Tindakan ini sebaiknya tidak dilakukan. “Justru bisa menyebabkan ketidakseimbangan flora normal (antara bakteri baik dan jahat) dalam vagina,” papar dr. Rino Bonti Tri H. Shanti, SpOG dari Rumah Sakit Hermina Jatinegara.

Keseimbangan flora normal dan derajat keasaman yang pas akan menjaga kesehatan areal V. Tindakan vaginal douching, menurut dr. Bonti, sebaiknya dilakukan jika hanya ada indikasi infeksi berat di vagina (keputihan fisiologis), dan itupun tidak digunakan secara rutin.

“Untuk membersihkan areal vagina sehari-hari justru lebih aman menggunakan air biasa atau menggunakan cairan khusus pembersih vagina dengan pH yang sesuai. Tidak disarankan membersihkan area intim menggunakan sabun biasa, karena sifatnya basa,” jelas dr. Bonti dalam diskusi Pentingnya Menjaga dan Merawat Daerah Kewanitaan, 16 Oktober 2017 lalu.

Untuk menjaga kebersihan area kewanitaan disarankan untuk menghindari kondisi lembab. Ini adalah media ideal untuk jamur  dan bakteri tumbuh. Disarankan untuk lebih sering mengganti celana dalam (2-3 kali sehari), setelah BAK (buang air kecil) dan BAB (buang air besar) bilas dengan air bersih dan keringkan dengan handuk / tissue. Cara membersihkan yang benar (dari depan ke belakang), memakai pembalut wanita yang baik saat haid dan menggantinya 3-6 jam sekali.

Keputihan secara normal terjadi menjelang masa subur. Vagina mengeluarkan cairan berwarna bening, tidak berlebihan, berbau khas. Namun saat muncul inveksi, ditandai dengan adanya rasa gatal, berbau tak sedap (seperti bau ikan), ada rasa panas, kemerahan dan nyeri.

Infeksi vagina dapat disebabkan jamur (kandida), bakteri yang berbahaya, atau parasit trikomoniasis. Infeksi di vagina dapat berlanjut sampai ke saluran indung telur dan menyebabkan sumbatan.

Sedangkan penyebab keputihan non infeksi, antara lain benda asing di vagina, polip serviks, rekasi alergi atau karena persoalan hygiene yang tidak baik di area kewanitaan. Ada saat di mana kebersihan organ intim wanita perlu mendapatkan perhatian eksta saat haid. Pada saat ini perawatan kebersihan lebih intensif.  (jie)

 

Baca juga: Daun Sirih, Herbal Alami Area Kewanitaan