Pentingnya Merawat Organ Intim di Tiap Siklus Kehidupan | OTC Digest
pembersih_kewanitaan_keputihan_prebiotik

Pentingnya Merawat Organ Intim di Tiap Siklus Kehidupan

Tahukah Anda, sekitar 75% perempuan Indonesia pernah mengalami keputihan setidaknya satu kali dalam hidupnya (Wayan Mustika, dkk, Jurnal Skala Husada, 2014). Angka ini jauh lebih tinggi ketimbang perempuan Eropa yang hanya 25%. Perbedaan ini turut dipengaruhi oleh faktor lingkungan; iklim tropis di Indonesia membuat area V lebih lembap.

Munculnya keputihan dipengaruhi oleh dua faktor, internal dan eksternal. “Faktor internal adalah yang tidak bisa kita hindari, misalnya perubahan kadar hormon,” terang dr. Dinda Derdameisya, Sp.OG dari Brawijaya Children and Woman Hospital, Jakarta.

Pada perempuan, fluktuasi hormon selalu mengiringi. Muai dari masa puber, saat mulai aktif berhubungan seksual, saat hamil, melahirkan, hingga menjelang menopause. Hal ini turut memengaruhi kelembapan dan pH vagina, membuat perempuan lebih rentan mengalami keputihan pada saat-saat tertentu.

Adapun faktor eksternal terbagi menjadi dua: lingkungan dan gaya hidup. Lingkungan berhubungan dengan faktor iklim/kelembapan udara, seperti telah disebutkan. Adapun gaya hidup berkaitan dengan kebiasaan menjaga kebersihan sehari-hari. Misalnya mengganti pakaian dalam minimal dua kali sehari, mengganti pembalut tiap 4 jam, hingga memilih bahan pakaian dalam yang bisa menyerap keringat sekaligus memberi sirkulasi udara dengan baik.

Sekitar 60% perempuan mengalami keputihan di usia 15-22 tahun; yakni usia puber hingga mulai aktif secara seksual. “Di usia puber, selain karena faktor hormonal, kesadaran untuk menjaga kebersihan organ intim mungkin juga belum terlalu baik. Apalagi kalau aktivitas padat, tidak segera mengganti pakaian dalam yang sudah lembap, dan pakaiannya dobel-dobel; area intim jadi makin lembap,” tutur dr. Dinda, saat dijumpai dalam peluncuran Andalan Feminine Care Intimate Wash di Jakarta, Rabu (13/03/2019).

Adapun 40% keputihan dialami oleh perempuan usia 23-40 tahun. Bila hobi nge-gym dan olahraga, pakaian dalam harus lebih sering diganti. Saat hamil, perlu lebih telaten merawat organ intim. “Keputihan adalah keluhan yang paling sering diutarakan ibu hamil. Setelah melahirkan pun tidak boleh lengah. Darah nifas yang tidak cepat dibersihkan bisa memicu bau yang kurang sedap,” imbuh dr. Dinda.

Menjelang menopause, cairan vagina cenderung berkurang. Padahal, cairan ini penting sebagai pelindung area V dari infeksi jamur dan mikroorganisme lainnya. “Saat cairan vagina berkurang, kuman lebih bebas tumbuh,” lanjutnya.

Keputihan yang berbau, berwarna, serta menimbulkan rasa gatal/terbakar menandakan infeksi. Infeksi pada vagina bisa menyebar hingga menimbulkan infeksi kandung kemih (ISK).

Penting untuk merawat dan menjaga kebersihan organ intim sejak remaja hingga pramenopause. Selain mencegah area V terlalu lembap, kadar keasaman (pH) pun perlu dipertahankan antara 3,5-5. “Lingkungan yang asam adalah pertahanan alami vagina, untuk mencegah bakteri, jamur dan parasit berkembang biak,” terang dr. Dinda. Keasaman vagina berasal dari asam laktat yang dihasilkan oleh bakteri bermanfaat Lactobacillus.

Membersihkan vagina bisa dengan air, karena pH-nya netral. Namun jangan pakai sabun. Segala jenis sabun, baik sabun biasa, sabun muka, maupun sabun bayi, memiliki pH basa (>9). Penggunaan sabun justru akan mengganggu pH vagina.

Bila ingin menggunakan pembersih, pilihlah cairan pembasuh khusus vagina dengan pH yang sesuai keasaman vagina, serta telah teruji secara ginekologis, dermatologis, dan bersifat hipoalergenik. Pembasuh kewanitaan dengan kandungan prebiotik akan mendukung pertumbuhan Lactobacillus sehingga pertahanan alami vagina makin terpelihara.

Bagaimana bila kita menggunakan air godokan sirih, seperti yang dulu diajarkan secara turun temurun? “Ini belum tentu aman karena pH-nya mungkin tidak sesuai. Belum lagi risiko kontaminasi kuman pada air rebusan sirih,” ujar Maharani Anindita, Brand Manager Andalan Feminine Care.

Lebih disarankan memilih pembasuh kewanitaan dengan bahan alami seperti kandungan daun sirih, bila merasa lebih nyaman menggunakan pembasuh dari bahan alami. Kita bisa lebih yakin bahwa pembasuh yang kita gunakan itu aman, higienis, dan memiliki pH seimbang.

Dr. Dinda mengingatkan, tiap perempuan harus sadar untuk merawat kesehatan dan kebersihan organ intim dalam tiap siklus hidupnya. “Kesadaran untuk hal ini harusnya dimulai sejak remaja,” tandasnya. (nid)

_________________________________

Ilustrasi: Background photo created by freepik - www.freepik.com