Penting, Menghindari Diabetes saat Hamil | OTC Digest

Penting, Menghindari Diabetes saat Hamil

Diabetes pada kehamilan bisa berupa diabetes yang mendadak muncul saat hamil padahal sebelumnya tidak (diabetes mellitus gestasional/DMG), atau perempuan yang sebelumnya sudah menyandang diabetes lalu hamil. DMG bisa muncul karena terjadi peningkatan hormon-hormon kehamilan di antaranya human placental lactogen, progesteron, prolaktin dan kortisol. “Hormon-hormon ini melawan kerja insulin agar bayi mendapat asupan nutrisi lebih banyak. Dengan demikian, kadar gula darah ibu jadi lebih tinggi,” terang dr. Dyah Purnamasari, Sp.PD dari FK Universitas Indonesia, Jakarta.

Angka DMG di Indonesia ‘hanya’ 1,9-3,6%. Namun, ibu yang menderita DMG berisiko mengalami diabetes ‘betulan’ atau toleransi glukosa terganggu (TGT) di kemudian hari. Penelitian di Makasar pada 46 perempuan menunjukkan, terjadi 56,6% DM2 dan TGT selama pemantauan 6 tahun.

 

Mendeteksi dini DMG

Perkumpulan endokrinologi Indonesia (PERKENI) merekomendasikan pemeriksaan penyaring pada semua ibu hamil di awal pertemuan. “Bila hasilnya negatif, pemeriksaan diulang pada kehamilan 26-28 minggu atau menjelang trimester (TM) 3. Pada TM3, hormon kehamilan sedang tinggi-tingginya sehingga meningkatkan risiko DMG,” papar dr. Dyah. Pemeriksaan ini terutama krusial bagi mereka yang memiliki faktor risiko, misalnya ada keluarga yang menderita DM, pernah mengalami DMG sebelumnya, merokok, dan lain-lain.

Pemeriksaan dilakukan dengan tes toleransi glukosa oral (TTGO). Yakni, ibu berpuasa selama 8 jam di malam hari. Keesokan paginya gula darah puasa dicek; setelah itu diberikan 75 gram larutan gula, dan 2 jam kemudian gula darahnya dicek. Bila hasilnya <140 mg/dl berarti normal. Disebut DMG bila hasilnya 140-<200 mg/dl (TGT), atau >200 mg/dl (DM).

Bila ditemukan DMG, dokter akan merujuk ke dokter spesialis gizi untuk perencanaan pola makan dan aktivitas yang disesuaikan dengan IMT dan kondisi ibu. “Dengan pola makan dan aktivitas yang baik, umumnya DMG bisa teratasi,” ujar dr. Dyah. Aktivitas fisik yang bisa dilakukan antara lain berenang atau bersepeda statis selama 30 menit, 3x seminggu. Atau berjalan/olahraga tangan ketika duduk selama 10 menit, setiap selesai makan.

Bila DMG sangat sulit dikendalikan, kemungkinan besar ibu sudah menyandang DM sebelum hamil, tapi tidak menyadarinya. Pada kasus seperti ini maupun pada ibu yang dari awal sudah tahu bahwa dirinya menyandang DM, dibutuhkan bantuan berupa suntik insulin. Selama hamil, obat oral untuk DM tidak diberikan.

 

Risiko terhadap janin dan bayi

Bila ibu mengalami DMG atau diabetes ibu tidak terkontrol saat hamil, kadar gula yang tinggi pada darah ibu akan ditransfer ke janin melalui plasenta. Tubuh janin merespon dengan membuat insulin lebih banyak, untuk bisa menggunakan gula tersebut. Gula yang berlebihan dan tidak terpakai, disimpan dalam bentuk lemak.

Kombinasi kadar gula darah dan insulin yang tinggi akhirnya membentu jaringan dan timbunan lemak pada tubuh janin. Akibatnya, bayi yang lahir umumnya lebih besar daripada bayi normal; bisa mencapai >4 kg. ini disebut makrosomia. Tentunya hal ini akan menyulitkan saat persalinan; mayoritas harus di-caesar. Hampir tidak mungkin bayi dilahirkan secara normal karena bisa terjepit di jalan lahir. Sulitnya persalinan akibat makrosomia juga membuat bayi mengalami cedera saat persalinan.

Janin yang dikandung oleh ibu diabetes berisiko lebih tinggi terhadap kelahiran mati. Risiko cacat bawaan juga lebih tinggi, misalnya gangguan pada pembentukan jantung, otak, saraf tulang belakang, saluran cerna, hingga saluran kemih. Insulin yang terlalu tinggi juga bisa menghambat produksi surfaktan, yang dibutuhkan dalam proses pematangan paru. Sehingga, bayi bisa mengalami kesulitan bernafas saat lahir.

Pada ibu dengan DGM, risiko cacat lahir minimal karena biasanya, kadar gula darah ibu normal selama trimester pertama, yang merupakan masa kritis pembentukan organ janin.

Saat lahir, bayi berisiko mengalami hipoglikemia atau kadar gula darah terlampau rendah. Ini bisa bila diabetes ibu tidak terkontrol saat hamil. Kadar gula darah ibu yang terus tinggi membuat janin terus memproduksi insulin dalam jumlah besar. Begitu ia lahir dan tidak lagi mendapat pasokan gula dari ibu, kadar gula darahnya pun turun “terjun bebas”. Karenanya, kadar gula darahnya perlu dicek saat lahir. Bila terlalu rendah, mungkin perlu diberikan glukosa melalui infus. (nid)