Orgasme Membahagiakan Ibu, juga Janin | OTC Digest

Orgasme Membahagiakan Ibu, juga Janin

Berhubungan seksual saat hamil sebenarnya bisa memberikan berbagai dampak positif bagi ibu. “Secara umum, hubungan seksual memiliki efek positif bagi tubuh, yakni menurunkan tekanan darah dan mengurangi stres secara keseluruhan,” ungkap dr. Andi Darma Putra, Sp.OG dari FKUI/RSCM, Jakarta. Bonusnya, berhubungan seks saat hamil membuat kesempatan untuk orgasme lebih besar!

Saat berhubungan intim, labia, klitoris dan vagina menjadi lebih sensitif karena aliran darah meningkat. Sedangkan kehamilan meningkatkan aliran darah, sehingga secara alamiah daerah V akan menjadi lebih sensitif. Maka, klimaks lebih mudah tercapai dan orgasme bisa berlangsung lebih lama daripada biasanya. Cukup banyak wanita yang merasakan orgasme ganda selama hamil! Dan bagi mereka yang belum pernah merasakan orgasme sebelumnya, kemungkinan besar akan merasakannya ketika hamil.

Dulu, orgasme dikhawatirkan bisa memicu persalinan dini. Cukup beralasan karena saat orgasme terjadi, tubuh melepaskan hormon oksitosin, yang dapat menyebabkan rahim berkontraksi, khususnya ketika menjelang hari persalinan. Terbukti melalui berbagai penelitian bahwa orgasme tidak “berbahaya”, dan tidak akan menyebabkan serviks melebar.

Beberapa literatur justru menyebutkan, orgasme bisa mencegah terjadinya persalinan dini. Ini karena orgasme menimbulkan kontraksi kecil, seperti kontraksi Braxton Hicks atau “kontraksi palsu” yang mengencangkan rahim dan dianggap sebagai cara tubuh mempersiapkan persalinan.

(Baca juga: Menikmati Hubungan Intim saat Hamil)

Asyiknya, rasa senang dan bahagia kala orgasme tidak hanya akan dirasakan oleh Anda dan pasangan. Si kecil dalam kandungan ikut senang. Tentu, ia tidak tahu apa yang terjadi, ia hanya “tertular” luapan kebahagiaan. Hubungan intim dan orgasme akan melepaskan hormon endorfin.  Hormon ini, selain membantu mengatasi rasa sakit, juga menimbulkan luapan rasa bahagia; efek yang sama ketika kita makan coklat. Endorfin akan mengalir di aliran darah seluruh tubuh termasuk ke aliran darah bayi, sehingga membuat Anda dan bayi merasa rileks, nyaman dan bahagia.

Namun, ibu hamil dengan kondisi tertentu perlu hati-hati. “Misalnya ibu yang berisiko mengalami persalinan dini,” terang dr. Andi. Aktivitas seksual akan menimbulkan kontraksi; jika kandungan ibu lemah, bisa terjadi kontraksi ‘betulan’ sebelum waktunya. Kondisi lain yang perlu berhati-hati yakni jika ibu mengalami perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya, selaput ketuban pecah, serviks mulai membuka sebelum waktunya (inkompetensi serviks) dan plasenta previa (plasenta menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir). Ibu dengan kondisi ini perlu menghindari hubungan intim sampai orgasme. Termasuk menghindari oral sex dan masturbasi.

Hal lain yang perlu diperhatikan, rasa kram/kontraksi setelah aktivitas seksual. Hal ini normal; saat tidak hamil pun bisa terjadi. Saat hamil, kram lebih terasa karena perut membesar. Normal bila kram selama 30-60 menit. Jika kram atau kontraksi berlangsung lebih dari satu jam, sebaiknya segera menghubungi dokter atau bidan. (nid)