Nyaman Periksa di Mobil Mamografi Kanker payudara
Mobil Mamografi

Nyaman Periksa di Mobil Mamografi

Data Globocan 2012 menunjukkan, kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak menjangkiti dan membunuh perempuan di Indoensia. Insidennya 40/100.000 perempuan, menyebabkan kematian 21,5% dari seluruh kanker pada perempuan.

Kaum Hawa bisa melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) atau menjalani SADANIS (periksa payudara klinis) di Puskesmas. Untuk pemeriksaan yang lebih teliti, perlu mamografi. Menurut dr. Lily S. Sulistiyowati, MM, Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementrian Kesehatan RI, mamografi merupakan cara untuk mendeteksi dini kanker payudara. “Ini upaya promotif dan preventif,” ujarnya pada peringatan Hari Kesehatan Nasional 2016 di Kemayoran, Jakarta.

“Mamografi dianjurkan untuk perempuan usia 35 tahun ke atas, dan tidak sedang hamil,” terang dr. Hardina Sabrina, MARS, dari RS Kanker Dharmais. Saat haid, mamografi bisa dilakukan tapi kurang nyaman karena payudara biasanya terasa sakit.

Di Amerika Serikat (AS), mamografi berhasil mengurangi angka kematian akibat kanker payudara hampir 40% sejak 1990. Di Indonesia, cakupan mamografi masih rendah. Biaya dan sulitnya mengakses fasilitas mamografi menjadi kendala. Mobil mamografi yang digagas YKPI (Yayasan Kanker Payudara Indonesia), berupaya mendatangi masyarakat untuk bisa mendapat pemeriksaan, gratis.

Secara rutin 2x seminggu, mobil mamografi YKPI berkeliling dari Puksesmas ke Puksesmas di Jakarta dan Kepulauan Seribu. Yang berminat bisa mendaftar; dibatasi 50 peserta pada tiap pemeriksaan. Kehadiran mobil mamografi di Pameran Pembangunan Kesehatan dan Produk Alat Kesehatan 2016, 18-19 November 2016 di JI Expo, Kemayoran, didukung PT Roche Indonesia.

Mobil mamografi YKPI sangat nyaman; satu ruangan untuk konsultasi dan pemeriksaan klinis oleh dokter, satu ruangan lain untuk mamografi. Dokter dan petugas radiografternya perempuan, sehingga tidak perlu risih. “Alat mamografinya yang terbaru; tidak menimbulkan nyeri atau tasa kurang nyaman selama pemeriksaan,” imbuh dr. Hardina.

Menurut dr. Hardina, selama dua tahun dengan mobil mamografi, ditemukan minimal satu kelainan benjolan payudara yang terindikasi kanker ganas, dalam 1x pemeriksaan. Berdasar data YKPI tahun 2015, dari 3.427 pasien yang diperiksa, terdeteksi 428 tumor jinak dan 47 dicurigai memiliki kanker ganas. Setiap ditemukan benjolan yang dicurigai ganas, dokter merekomendasikan pasien untuk mendapat pendampingan dari YKPI dan penanganan lebih lanjut dari dokter ahli. (nid)