Mendeteksi PCOS, Sindrom yang Dialami Victoria Beckham | OTC Digest

Mendeteksi PCOS, Sindrom yang Dialami Victoria Beckham

Tidak banyak yang tahu, Victoria Beckham, mantan personel Spice Girls sempat mengalami gangguan kesuburan sebelum mengandung putra pertama. Istri pesepak bola David Beckham ini mengalami sindrom ovarium polikistik atau PCOS (polycyctic ovary syndrome). Penyebabnya ketidakseimbangan hormon, dan merupakan salah satu penyebab utama infertilitas (ketidaksuburan) pada perempuan. Jika ditangani dengan benar, kehamilan tidak mustahil, seperti terjadi pada Victoria Beckham.

Gejala PCOS yang paling khas yakni siklus haid tidak teratur. “Bisa dua, tiga bulan atau bahkan satu tahun tidak haid,” terang dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG (K) dari FKUI/RSCM, Jakarta. Untuk menegakkan diagnosis diperlukan pemeriksaan lain misalnya USG dan mendeteksi gejala hiperandrogen (kelebihan hormon androgen). “Jika ditemukan dua dari tiga pemeriksaan ini, berarti PCOS,” katanya.

Pada anamnesis (tanya jawab), dokter akan menanyakan siklus haid; teratur atau tidak. Juga akan ditanyakan mengenai riwayat diabetes mellitus (DM) dalam keluarga. Resistensi insulin, kondisi sebelum terjadinya DM 2, merupakan faktor risiko utama PCOS.

Pemeriksaan fisik diperlukan untuk menilai adanya gejala hiperandrogen. Misalnya, ada pertumbuhan rambut yang menyerupai pria (kumis, rambut panjang di punggung, bulu tangan/ kaki kasar), atau jerawat dan kulit wajah berminyak. Menilai hiperandrogen cukup dengan melihat tanda-tanda ini. “Umumnya tidak perlu pemeriksaan laboratorium karena mahal. Dari tanda fisik sudah cukup,” ujar dr. Andon.

Pemeriksaan juga meliputi kondisi tubuh; apakah gemuk, atau lingkar perut >80 cm. Ini perlu untuk mencari tahu penyebab PCOS, yang sering terjadi pada perempuan gemuk dengan lingkar perut besar. Hiperandrogen dan lemak perut sering menjadi tanda dari PCOS, tapi tidak selalu. Keduanya tidak terlihat pada Victoria Beckham.

Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan dengan USG. “Terlihat banyak telur di indung telur (ovarium), tapi tidak berkembang sehingga terlihat seperti kalung mutiara,” terang dr. Andon. Pada PCOS, folikel (kantung telur) sempat tumbuh tapi hanya sampai 1 cm, lalu berhenti. Tidak terjadi ovulasi (pelepasan sel perlu dari ovarium). Pada siklus haid berikutnya, terjadi lagi seperti ini, sehingga folikel-folikel ini menumpuk di ovarium; bisa lebih dari 12 dalam tiap ovarium.

Bisa dilakukan pemeriksaan tambahan berupa tes gula darah dan kadar insulin, terutama bagi perempuan yang sedang merencanakan kehamilan. Ini untuk memastikan penyebab PCOS; apakah berhubungan dengan resistensi insulin. Jika ditemukan kondis ini, perlu segera diobati dengan obat penurun gula darah untuk menunjang keberhasilan terapi.

Jika diagnosis sudah ditegakkan, dokter akan memberi obat (biasanya berupa hormon). Obat dianjurkan diminum selama 3 bulan, dan perlu kontrol ke dokter untuk menilai keberhasilan terapi. (nid)