Mencegah Anemia Selama Kehamilan | OTC Digest

Mencegah Anemia Selama Kehamilan

“Hemoglobin (Hb)-ku 12 g/dl, aman dong,” ujar seorang ibu hamil.

Ya, Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan, kadar demikian normal untuk wanita, sedangkan wanita hamil ‘hanya’ 11 g/dl. Bukan berarti bebas masalah. Saat hamil, bisa saja kadar Hb normal, namun cadangan besi (feritin) di tubuh nol.

“Tubuh memiliki mekanisme kompensasi. Dia bisa mengatur kebutuhan minimal tercapai,” ujar dr. med. Damar Prasmusinto, Sp.OG (K) dari FKUI/RSCM, Jakarta. Bila cadangan besi  kurang dari 5 berarti dalam level kritis dan perlu diperhatikan sebelum masa kehamilan.

“Kalau tidak punya cadangan, ibaratnya seperti tidak punya tabungan. Begitu ada apa-apa langsung bangkrut,” imbuh dokter yang juga praktek di Brawijaya Woman and Children Hospital dan RS Asri, Jakarta.

Dampak kurang darah selama kehamilan bisa fatal, bagi ibu maupun bayi. Seperti diketahui, zat besi penting untuk pembentukan sel darah merah. Sel darah merah mengandung Hb, yang bertugas mengangkut oksigen ke seluruh tubuh.

Janin memiliki kemampuan untuk mengambil zat besi dari ibu sesuai kebutuhannya, meski si ibu mengalami defisiensi besi. Bukan berarti calon bayi aman. Saat lahir, ia berisiko menderita anemia karena mungkin tidak memiliki cadangan zat besi, dan lebih mudah terkena infeksi karena kurang darah sehingga daya tahan tubuh tidak optimal.

Anemia selama kehamilan meningkatkan risiko kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah, hingga keguguran dan kematian.

Risiko untuk ibu

“Wanita yang anemia saat hamil, saat bersalin kontraksinya tidak bagus. Bayi lahir tersendat-sendat dan setelah bayi lahir, rahim tidak langsung berkontraksi untuk menghentikan perdarahan,” tutur dr. Damar.

Perdarahan pascapersalinan merupakan penyebab utama kematian ibu di Indonesia. Ketika melahirkan, wanita bisa kehilangan darah hingga 1 liter. Defisiensi besi, selain menghambat kontraksi, juga menyulitkan pembentukan sel darah baru.

Mencegah anemia sebaiknya dilakukan beberapa bulan sejak merencanakan kehamilan. Dengan begitu, saat hamil ibu memiliki kadar Hb dan cadangan besi yang cukup. Kadang ibu atau calon ibu perlu mengonsumsi suplemen zat besi, karena asupan besi dari makanan sehari-hari mungkin kurang.

Terutama bagi mereka yang kurang mengonsumsi makanan sumber zat besi, diet, atau vegetarian. Makanan sumber zat besi utamanya daging merah. Sumber dari nabati (brokoli, bayam, dll) lebih sulit diserap dibandingkan daging.

Cadangan zat besi yang cukup, penting untuk mengompensasi kondisi di trimester pertama. “Pada awal kehamilan, ibu biasanya mudah mual dan muntah. Pemberian suplemen zat besi justru merangsang muntah,” terang dr. Damar.

Maka, jika cadangan besi ibu cukup, tidak perlu khawatir kekurangan zat besi. Suplemen bisa diberikan di trimester 2, ketika ibu sudah tidak lagi mual. Anemi biasanya memang muncul di trimester dua, ketika kebutuhan bayi akan zat besi semakin tinggi. (nid)