Menandai Kesuburan Perempuan dari Lingkar Perut | OTC Digest

Menandai Kesuburan Perempuan dari Lingkar Perut

Menjadi gemuk memiliki banyak sekali risiko kesehatan, mulai dari kolesterol tinggi, diabetes, hipertensi, sampai radang sendi. Lantas bagaimana dengan wanita gemuk susah punya anak: hanya mitos atau fakta?

“Gemuk bukan hanya soal berat badan (BB). Bisa juga berarti obesitas sentral atau penumpukan lemak di perut, yang kalau dianalogikan bentuk tubuh seperti buah apel,” tutur dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG dari FKUI/RSCM, Jakarta. Disebut bentuk tubuh buah pir, bila lemak menumpuk di bagian pinggul dan paha, sedangkan daerah perut normal-normal saja.

Normalnya, lemak berada di bawah kulit (subkutan), seperti di paha dan bagian tubuh lain. Lemak di perut bisa berupa lemak viseral, yakni lemak yang berada di ongga perut. Ukuran lingkar perut normal untuk wanita adalah < 80 cm. Jika lebih dari 80 cm, berarti lemak viseral sudah menghuni perut.

“Lemak viseral itu mengeluarkan zat-zat yang bersifat racun (dari kelompok adipositokin). Kalau lebih banyak adipositokin yang bersifat jahat, risiko hiperinsulinemia  meningkat,” terang dr. Andon. Selain itu, organ di rongga perut terselebung lemak sehingga fungsinya terganggu. Lemak viseral juga bekerja seperti organ yang melepaskan hormon-hormon yang dapat menyebabkan resistensi insulin.

Baca juga : Mengenal Gangguan Ovulasi Pada Wanita

Lho, apa hubungan resistensi insulin dengan infertilitas (ketidaksuburan)? Resistensi insulin adalah kondisi, di mana tubuh tidak lagi sensitif terhadap insulin, hormon yang dihasilkan pankreas untuk memasukkan gula dari darah ke sel untuk digunakan sebagai energi. Akibatnya, pankreas harus memroduksi lebih banyak insulin agar gula bisa masuk ke sel, sehingga kadar insulin meningkat.

 

“Insulin yang terlalu tinggi dalam darah, bisa menempel di otak dan memicu otak memroduksi LH (lutheinizing hormone) berlebihan. Kalau menempel di indung telur, akan memicu produksi hormon androgen dan akan makin tinggi jika LH tinggi,” tutur dr. Andon.

Kalau sudah begini, maka akan terjadi PCOS (polycystic ovary sindrom) atau sindrom ovarium polikistik. Munculnya jerawat dan bulu-bulu halus di daerah kumis/cambang, bisa menjadi penanda dari hiperandrogen.

Gejala lain adalah: siklus haid menjadi tidak teratur. Perempuan yang mengalami PCOS, bisa 2-3 bulan tidak mendapat haid. Bila siklus haid seperti ini, tentu kecil kemungkinannya akan terjadi ovulasi (pelepasan sel telur yang matang dari indung telur), sehingga bisa dibuahi oleh sperma suami. Ujungnya, peluang untuk hamil pun kecil. Maka, penyebab PCOS yang harus diperbaiki.

Bisa disimpulkan, PCOS terkait erat dengan ukuran lingkar pinggang. Jika ditelusuri lebih ke hulu, sumbernya tak lain adalah pola makan yang tinggi lemak dan gula, disertai kurang bergerak/olahraga. Memang, bentuk tubuh pir atau apel turut dipengaruhi oleh faktor genetik. “Namun kalau rutin berolahraga, tumpukan lemak yang ada umumnya akan berkumpul di daerah panggul, bukan di perut,” kata dr. Andon.

Hebatnya, menurunkan berat badan 5-10% saja, selain tubuh menjadi langsing, “Ovulasi akan membaik 60%.” (nid)