Line Dance, Berdansa sambil Mencegah Pikun | OTC Digest

Line Dance, Berdansa sambil Mencegah Pikun

Suka dansa tapi pasangan tidak mau diajak ikut serta? Bergabung saja dengan klub line dance. “Ini adalah dansa tanpa berpasangan; kita berdansa dalam barisan,” ujar dr. Hely Chitrajana, pensiunan Dinas Kesehatan Jakarta Barat.

Secara harfiah, line dance bisa diartikan sebagai seni tari berderet. Bagi perempuan selewat usia 40, dansa ini bisa menjadi alternatif untuk menjaga kebugaran tubuh. “Mirip senam, tapi dengan gerakan dansa. Tidak high impact, melainkan low impact,” imbuhnya.

Manfaat line dance tidak jauh berbeda dari latihan fisik pada umumnya. Keunggulannya, line dance dilakukan dengan gerakan yang indah diiringi musik, sehingga membuat hati gembira, “Hati gembira adalah obat yang sangat mujarab.” Dalam melakukan gerakan tidak ada tekanan fisik mau pun psikis, sehingga dansa dilakukan dengan santai. Apalagi tidak perlu baju, sepatu, tempat, serta peralatan khusus.

Dansa yang diajarkan dalam line dance sangat bervariasi, mulai dari Cha-cha, Waltz, Rhumba, Salsa dan lain-lain. Tiap pertemuan (1-1,5 jam), diajarkan 1-2 gerakan baru, dan mengulang gerakan-gerakan sebelumnya.

Banyak dilakukan gerakan menyilang. Misalnya tangan kiri menyilang ke kanan, kepala menoleh, dan kaki menyilang. Ini mengaktifkan otak kanan, serta meningkatkan sinkronisasi otak kiri dan kanan, sehingga bisa meningkatkan daya ingat serta mencegah kepikunan.

Gerakan-gerakan dansa membuat otot lebih lentur. Penting bagi perempuan paruh baya, karena akan meningkatkan refleks dan gerakan otot. Ketika misalnya terjatuh, otot siap  beraksi dan menahan, sehingga tidak terjadi cedera serius.

Selama melakukan line dance, peserta terus melangkah sampai lebih dari 10.000 langkah! “Saat melangkah, kita menggerakkan tulang, sehingga kalsium di dalam darah dipompa masuk ke tulang,” terang dr. Hely. Maka, risiko osteoporosis yang mengintai pun berkurang.

Tidak kalah penting, berdansa melancarkan aliran darah. Pengangkutan oksigen di dalam darah jadi maksimal, sehingga tiap sel tubuh mendapat cukup suplai oksigen. “Daya tahan tubuh meningkat; kuman sulit masuk. Tubuh tidak hanya sehat, tapi juga bugar,” tuturnya. Ia mengingatkan, seperti halnya latihan fisik, efek line dance baru akan terasa jika dilakukan secara rutin, minimal 2-3 kali seminggu.

Dr. Hely aktif mengajar line dance di support group kanker CISC (Cancer Information Support Center). Efeknya terhadap kanker? “Meningkatnya oksigen di dalam aliran darah, membuat sel-sel yang mungkin dirusak oleh kanker lebih cepat pulih. Selain itu menghilangkan stres, sehingga mempercepat penyembuhan,” katanya.

Muridnya yang lain adalah pasien pasca stroke ringan. Line dance bisa membantu pasien untuk melangkah lebih lebar dan mantap. (nid)