Klorin dalam Pembalut | OTC Digest
pembalut_klorin

Klorin dalam Pembalut

Yth, dr. Andi. Dulu sempat ramai dibicarakan mengenai kandungan klorin dalam pembalut. Betulkah klorin berbahaya? Bukankah klorin biasa dipakai untuk mensterilkan air, oleh PDAM atau kolam renang? Benarkah klorin dalam pembalut dapat menyebabkan kanker serviks?

Setahu saya, kanker serviks disebabkan virus HPV. Kemenkes sudah menyatakan, kandungan klorin di pembalut masih dalam batas aman. Namun, jujur saya merasa tidak aman tiap kali menggunakannya. Bagaimana menurut dr. Andi? Terima kasih.

(Yunita - Cigadung, Bandung)

 

Jawaban

Klorin adalah senyawa kimia yang bersifat agen pengoksidasi kuat, sering digunakan sebagai pemutih dan disinfektan secara komersial. Klorin juga digunakan sebagai pelarut pada industri kimia. Penggunaan klorin sebagai disinfektan antara lain untuk sterilisasi alat – alat kedokteran sederhana dan air kolam renang. Pada kehidupan sehari – hari, klorin digunakan dalam pembuatan plastik, proses dry cleaning, pembuatan tekstil, dan cairan pembersih rumah tangga. Juga dalam pengolahan air minum di Amerika Serikat sejak tahun 1918, karena klorin mampu membunuh bakteri dan mikroba.

Dalam bentuk gas, klorin dapat menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan. Gejala gangguan pernapasan seperti batuk dan muntah, muncul pada konsentrasi 30 ppm, dan pada konsentrasi 2 kali lipatnya klorin dapat menyebabkan kerusakan paru – paru. Namun, klorin dapat dideteksi  lewat penciuman pada konsentrasi cukup rendah, 3 ppm. Secara umum, konsen­trasi klorin dapat membahaya­kan kesehatan jika mencapai 10 ppm. Occupational Safety and Health Administration Amerika Serikat menetapkan batas paparan yang dapat ditolerir dalam air minum, adalah 1 ppm atau 3 mg/m3.

Manusia dapat terpapar klorin secara inhalasi, kontak kulit atau mata, menelan air atau makanan yang terkontami­nasi klorin. Sifatnya yang korosif dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Pembalut wanita yang beredar di Indonesia dan Amerika Serikat, umumnya dibuat dari katun, rayon, atau campuran rayon dan katun. Dalam pembuatannya, rayon diproses dari serat selulosa kayu yang diputihkan. Proses pemutihan rayon sebagai bahan pembalut, dikenal sebagai elemental chlorine-free bleaching, di mana tidak meng­gu­nakan gas klorin elemental tetapi menggunakan klorin dioksida, yang secara teori masih dapat menghasilkan dioksin.

Metode ini dianggap menghasilkan tampon yang bebas dioksin, karena kadar yang rendah. Kadar dioksin dalam pembalut dan tampon kurang lebih 13.000 – 240.000 kali lebih rendah, dari level dioksin terpapar secara bebas.

Kanker serviks memang disebabkan infeksi Human Papillomavirus (HPV). Risiko mengalami kanker serviks dapat meningkat pada kelompok individu dengan perilaku seksual berisiko, individu dengan sistem imun yang buruk, dan kelompok perokok atau sering terpapar asap rokok. Belum ditemukan ada hubungan langsung antara kadar dioksin dalam pembalut dengan kanker serviks. 

dr. Andi Darma Putra, Sp.OG

Staf pengajar Obstetri dan Ginekologi FKUI / RS. Cipto Mangunkusumo Jakarta