Kapan Harus Pap Smear? | OTC Digest

Kapan Harus Pap Smear?

Pap smear merupakan salah satu metode deteksi dini kanker leher rahim (serviks). Kapan seharusnya seorang wanita harus melakukan pap smear?

Data dari International Agency of Research on Cancer 2012 menyatakan Indonesia adalah negara dengan jumlah kanker serviks terbanyak se-Asia Tenggara, dengan 58 kasus baru tiap harinya.

“Setidaknya 1 wanita meninggal tiap jam, dan sekitar 26 wanita meninggal per hari gara-gara kanker serviks,” kata dr. Cindy Rani Wirasti, Sp.OG, dari Koalisi Indonesia Cegah Kanker Serviks.

Kanker serviks disebabkan oleh infeksi HPV (human papillomavirus) tipe 16, 31, 33, 45 dan 52. Selama ini masyarakat menganggap penyebarannya hanya lewat transmisi seksual. Padahal, bisa karena ketidakhigienitas urusan “belakang”, seperti menggunakan WC umum yang kotor . Duduk di kloset yang kotor juga adalah medium penyebaran HPV. Atau dari gayung air di toiled umum.  

Pap smear dilakukan untuk menentukan kesehatan leher rahim; melihat ada tidaknya keabnormalan sel leher rahim yang mengarah ke kanker. Dokter akan mengambil contoh/sampel sel leher rahim, kemudian “meneropongnya” di bawah mikroskop.

Pemeriksaan pap smear sebaiknya mulai dilakukan usia 21 tahun dan dilakukan rutin setahun sekali. Atau pada wanita yang sudah aktif melakukan hubungan seksual walau belum berusia 21 tahun. Namun, pap smear tidak mampu 100% mendeteksi HPV.

Ketidakakuratan disebabkan banyak hal, misalnya kurangnya sampel sel yang diambil, adanya darah yang menghalangi penampakan sel abnormal, atau sel kanker baru berkembang setelah bertahun-tahun kemudian. Itu pentingnya melakukan pap smear berkala.  

Saat tubuh terinveksi HPV, butuh waktu bertahun-tahun untuk berkembang menjadi kanker, walau kadang dapat terjadi dalam waktu singkat. Bila sistem imun tak mampu membunuh virus, maka sel-sel abnormal akan berkembang di daerah serviks. Selanjutnya berkembang ke tahap pra kanker dan bertahap menjadi kanker.

“Kanker serviks stadium awal (< stadium 2a) tidak menimbulkan gejala. Padahal jika sudah berkembang ke stadium 2b saja pengobatan sudah tidak bisa dengan operasi, harus kemoterapi atau radiasi. Di Indonesia paling banyak datang pada stadium 3b,” tambah dr. Cindy pada kegiatan Lokakarya & Sosialisasi Vaksinasi HPV  pada kader PKK DKI Jakarta, di Graha YKI Jakarta (7/9).

Perlu diketahui, kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang bisa dicegah melalui vaksinasi dan deteksi dini lewat pap smear. Efektivitas vaksin HPV terutama pada mereka yang belum pernah melakukan hubungan seks. Namun bukan berarti mereka yang sudah aktif secara seksual tidak perlu vaksinasi. Kombinasi vaksin dan pap smear dapat menghindarkan Anda dari kanker yang mematikan ini. (jie)