Kanker Serviks, Pencegahan Primer dan Sekunder | OTC Digest

Kanker Serviks, Pencegahan Primer dan Sekunder

Dalam 20 tahun, Amerika Serikat (AS) berhasil menurunkan insiden kanker serviks dari peringkat 1 menjadi peringkat 3 kanker pada perempuan, hanya dengan skrining Pap smear. Sayangnya, cakupan deteksi dini di Indonesia masih rendah: kurang dari 5%. “Di Jakarta saja tidak sampai 10%,” ujar Dr. dr. Taufik Jamaan, Sp.OG yang praktik di RS Bunda dan Hermina, Jakarta. Skrining untuk deteksi dini, merupakan pencegahan sekunder.

Selain dengan Pap smear, skrining bisa dilakukan dengan cara yang jauh lebih murah dan sederhana: IVA atau (inspeksi visual asam asetat). IVA bisa dilakukan di Puskesmas, klinik dokter umum dan bidan. Pemeriksaan dilakukan dengan mengoleskan asam cuka pada area mulut rahim. Bila terjadi perubahan warna, maka dicurigai ada sel yang abnormal.

​(Baca juga: Ups! HPV Tidak Hanya Sebabkan Kanker Serviks tapi Juga Kanker Lain

Setiap tahun, 270.000 perempuan di dunia meninggal karena penyakit ini, dan lebih dari 85% kematian terjadi di negara yang berpendapatan rendah-sedang. Di Indonesia, kanker serviks (mulut rahim) menduduki peringkat 2 kanker terbanyak pada perempuan. Sebagian besar (70%) pasien datang ke dokter sudah stadium lanjut. Masih sangat sedikit yang melakukan skrining rutin, sehingga penyakit terlambat dideteksi.

Semua perempuan yang aktif berhubungan seksual, perlu melakukan pemeriksaan rutin; dimulai sejak 3 tahun setelah kontak seksual pertama. Bila hasilnya normal, tes diulang tiap 3-5 tahun. Menurut dr. Andi Darma Putra, Sp.OG dari FKUI/RSCM, Jakarta, perubahan pada sel-sel serviks bisa memerlukan waktu 10 hingga belasan tahun. Maka, “Pemeriksaan perlu dilakukan meski sudah tidak lagi aktif secara seksual”.

 

Pencegahan primer

Hampir 100% kanker mulut rahim disebabkan infeksi HPV (human papilloma virus).  Virus ini hidup di permukaan kulit; ditransmisikan melalui kontak kulit, tapi bukan lewat kontak fisik seperti bersentuhan. Infeksi terjadi bila virus terdorong masuk hingga mencapai mulut rahim. Utamanya (85%) melalui aktivitas seksual.

Tipe 16 dan 18 adalah HPV tipe onkogonik (penyebab kanker) yang paling berbahaya dan paling sering menyebabkan kanker. “Vaksinasi memberi perlindungan 100% terhadap infeksi HPV tipe 16 dan 18 dalam jangka panjang,” ungkap Prof. Dr. dr. Samsuridjal Djauzi, Sp.PD-KAI, FACS. Ini pencegahan primer. Kadar imunitas tetap tinggi 9 tahun setelah vaksinasi, dan ada perlindungan silang terhadap tipe onkogenik lain, seperti tipe 45, 31 dan 52.

​(Baca juga: Perjuangan Jupe dan Upaya Pencegahan Kanker Serviks

Vaksinasi efektif pada perempuan yang belum terinfeksi HPV. Idealnya dilakukan pada  yang belum pernah melakukan hubungan. Pada usia muda, antibodi yang terbentuk dari vaksin lebih baik ketimbang usia tua. Perempuan yang sudah berhubungan seksual, sebaiknya melakukan skrining lebih dulu sebelum vaksinasi, untuk memastikan belum ada sel abnormal; vaksin akan percuma bila sudah ada kanker. Vaksin berfungsi sebagai pencegahan, tidak bisa mengobati infeksi atau penyakit yang terjadi akibat HPV. (nid)

___________________________________

Ilustrasi: Pixabay.com