Atasi Keputihan Gatal dan Berbau | OTC Digest

Atasi Keputihan Gatal dan Berbau

Masalah kaum Hawa yang satu ini kerap dialami, tapi sebagian wanita merasa malu untuk periksa ke dokter. Keputihan membuat penderitanya tak nyaman juga mengurangi percaya diri.

Keputihan atau dalam istilah medis dikenal sebagai fluor albus, leucorrhea atau white discharge, merupakan keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Cairan atau lendir yang diproduksi dalam vagina dan leher rahim ini akan membawa sel-sel mati serta bakteri ke luar dari vagina sehingga vagina tetap bersih.

Keputihan dapat menjadi kondisi medis normal atau abnormal, tergantung gejalanya. Keputihan normal dapat terjadi pada masa subur, menjelang dan sesudah menstruasi. Disebabkan faktor hormonal.  Flour albus yang terjadi umumnya encer, tidak lengket, bening, tidak gatal atau berbau.

Namun keputihan dapat menjadi kondisi abnormal. Menyebabkan keluarnya cairan yang berlebihan, berbau dan timbul rasa gatal. Biasanya disebabkan infeksi jamur (candidiasis), bakteri (vaginitis) dan protozoa (trikomoniasis).

“Keputihan akibat infeksi jamur, ditandai dengan jumlah yang banyak sampai harus beberapa kali mengganti celana dalam. Berbentuk seperti gumpalan susu dan sangat gatal,” papar dr. Andi Darma Putra, Sp.OG(K) Onk, pengasuh rubrik Konsutasi di majalah OTC DIGEST.

Keputihan akibat bakteri biasanya dipengaruhi oleh keasaman vagina. Keputihan ini berbau amis seperti ikan. Keputihan oleh protozoa memiliki ciri khas keputihan yakni berbusa, berwarna kehijauan dan berbau busuk.

Penyebab lainnya adalah kurang higienisnya daerah kelamin, infeksi setelah hubungan seks, atau karena daerah kelamin yang lembab. Maka, selain menjaga higienis/kebersihan, sebaiknya gunakan celana dalam dari katun dan jangan ketat agar tidak lembab.

Hindari pemakaian panty liner bila tidak diperlukan. “Pada keputihan karena infeksi menular seksual, sebaiknya pengobatan dilakukan juga terhadap pasangan,” tegas dr. Andi.

 

Vaginal douching

Salah satu cara untuk mengatasi keputihan yang paling sering dilakukan adalah dengan mencuci bagian daerah kewanitaan, atau lebih dikenal dengan istilah vaginal douching.

Namun sebenarnya, cara tersebut tidaklah selalu efektif. Vaginal douching tidak harus dipakai setiap hari, sebaiknya dipakai bila ada instruksi dokter.

Pembersih vagina dapat mempengaruhi keasaman vagina. Bila digunakan pada saat yang tidak tepat, akan membuat keasaman alami berubah dan membuat infeksi lebih mudah terjadi.

Dianjurkan untuk menggunakan cairan pembersih yang pH (tingkat keasamannya) sesuai dengan pH di dalam daerah kewanitaan. Normalnya, pH berkisar antara 3,8 sampai dengan 4,2. Jika pH kurang dari 3,8 biasanya jamur akan tumbuh. Apabila pH lebih dari 4,2 maka akan tumbuh bakteri dan kuman penyebab infeksi.

Infeksi vagina yang menyebabkan keputihan, dapat hilang bila diberi pengobatan yang tepat, karena masing-masing penyebab berbeda pengobatannya. Sebaiknya, segera konsultasi dengan dokter. (jie)