6 Manfaat Kontrasepsi untuk Perempuan | OTC Digest
kontrasepsi_kendali_perempuan_pemberdayaan

6 Manfaat Kontrasepsi untuk Perempuan

Hingga saat ini, sebagian besar metode kontrasepsi masih untuk perempuan. Di satu sisi, ini bisa terasa seperti ketidakadilan gender; mengapa hanya perempuan yang sepertinya ‘menanggung beban’ persoalan kontrasepsi. Namun di sisi lain, bisa dilihat bahwa ini kesempatan bagi perempuan untuk memberdayakan diri. Kehamilan terjadi dalam tubuh perempuan, dan kita punya kendali untuk mengatur kehamilan dengan berbagai pilihan metode kontrasepsi

Enam hal berikut ini adalah manfaat kontrasepsi untuk ibu dan bayi, seperti dikemukakan oleh Dr. dr. Andon Hestiantoro, Sp.OG(K) dalam Peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia di Jakarta, Selasa (25/09/2018).

  1. Menghargai hak ibu mengendalikan kesuburan. “Hamil jika sudah siap, dan atur kehamilan sehingga bisa memberi anak ASI selama dua tahun,” ujar Dr. dr. Andon. Tanpa kontrasepsi, mungkin saja ibu hamil lagi ketika si baby baru berusia 6 bulan. Akhirnya, ia tidak mendapat cukup perhatian karena ibu mulai sibuk mengurus kehamilan berikutnya.
  2. Melindungi ibu dari gangguan kesehatan reproduksi. Kontrasepsi memungkinkan perempuan menunda kehamilan agar tidak hamil terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, atau terlalu sering. “Hamil di usia terlalu muda dan kehamilan yang terlalu dekat menimbulkan risiko preeklamsia, bayi lahir prematur, dan persalinan dengan bedah Caesar,” terang Dr. dr. Andon. Hamil di usia >40 pun berisiko, baik bagi ibu dan bayi.
  3. Melindungi anak dari gangguan kesehatan dan tumbuh kembang. Ini berkaitan dengan poin nomor 1. Mengatur jarak antara kelahiran 2 tahun memungkinkan si kecil mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan ASI dilanjutkan selama 2 tahun. Tumbuh kembangnya dalam 1.000 hari pertama (hingga usia 2 tahun) yang sangat krusial, juga optimal karena pikiran dan fokus ibu tidak terbagi dengan anak lain.
  4. Menurunkan risiko kanker tertentu. “Metode kontrasepsi hormonal bisa mencegah kanker yang berhubungan dengan ketidakseimbangan hormone seperti kanker payudara dan ovarium,” ucap Dr. dr. Andon. Namun bagi mereka yang memiliki riwayat kanker payudara, rahim, dan hati, kontrasepsi hormonal tidak disarankan.
  5. Menurunkan risiko penyakit radang panggul. Kontrasepsi hormonal seperti pil, implan (susuk) dan suntik membuat lendir serviks menjadi kental, sehingga kuman sulit masuk ke organ genital bagian dalam (rahim, indung telur, tuba fallopi).
  6. Menjaga kesehatan jiwa perempuan. “Banyak ibu yang kena baby blues atau bahkan depresi pasca persalinan,” ungkap Dr. dr. Andon. Depresi pasca persalinan bisa dipicu oleh pengalaman traumatis saat persalinan, misalnya kelahiran menggunakan alat bantu seperti vakum, atau ibu menjalani bedah cesar. Kadang, ibu tidak siap menghadapi hal tersebut. Selain itu juga ada faktor hormonal. “Sehabis melahirkan, hormone estrogen dan progesterone sangat rendah, padahal keduanya diperlukan untuk memperkuat suasana hati,” imbuh dr. Andon. Kontrasepsi hormonal seperti suntik yang berisi progestin, bisa dimanfaatkan untuk mencegah depresi pasca persalinan. Tentunya, ini hanya boleh dilakukan atas pertimbangan dari dokter. Dokterlah yang bisa menentukan apakah ibu membutuhkan bantuan obat, pilihan obat, dosis, serta berapa lama pengobatannya.

Bukan berarti peran suami tidak penting dalam hal kontrasepsi. “Suami juga harus diedukasi mengenai pentingnya kontrasepsi dan pemeriksaan selama kehamilan,” tegas Dr. dr. Andon. Bicarakanlah kontrasepsi secara terbuka dengan pasangan, dan ajak suami untuk ikut ke bidan/dokter agar sama-sama mendapat edukasi yang mumpuni mengenai kontrasepsi. (nid)

__________________________________

Ilustrasi: Designed by Senivpetro