Waspadai, Eksim Saat Bayi Bisa Berubah Menjadi Asma | OTC Digest

Waspadai, Eksim Saat Bayi Bisa Berubah Menjadi Asma

Eksim atau dermatitis atopik (DA) adalah masalah kulit yang bandel, namun bukan berarti tidak bisa disembuhkan. Eksim adalah bentuk alergi pada kulit. Disebabkan oleh reaksi sistem imun tubuh terhadap alergen seperti makanan, serbuk sari dan lainnya.

Merupakan penyakit kronik, peradangan pada kulit disertai rasa yang sangat gatal. Banyak terjadi pada bayi dan anak-anak. Bayi yang menderita eksim kerap mengalami gangguan tidur, lebih rewel dan menggaruk terus menerus.

Penyebabnya secara pasti belum diketahui, namun dihubungkan dengan hipersensitifitas sistem imun, dan merupakan bagian dari reaksi alergi. Dr. Zakinudin Munasir, SpA(K), dari Divisi Alergi-Imunologi, Ilmu Kesahatan Anak, FKUI menjelaskan dari kasus alergi –terutama yang dipicu oleh alergi susu sapi- berkembang menjadi dermatitis atopik.

Hasil Double Blind Placebo Controlled Food Challenge, hampir 40% bayi dan anak dengan dermatitis atopik sedang dan berat mempunyai riwayat alergi terhadap makanan. Penyebab lainnya adalah alergen hirup seperti debu rumah, bulu binatang peliharaan, jamur atau ragweed di negara-negara dengan 4 musim.

Eksim terbagi menjadi dua bentuk, eksim kering (neurodermatitis) adalah penebalan kulit diertai relief yang nyata. Dan eksim basah (dermatitis numularis) ditandai oleh bercak bersisik, berbentuk bulat, berbatas tegas, berbintil-bintil yang ada airnya dan terasa sangat gatal dengan lokasi paling sering pada bagian punggung dan dada.

Sebagai tambahan, eksim merupakan bentuk awal dari yang disebut “barisan alergi” atau atopic march. Bayi atau anak kecil yang menderita eksim, di kemudian hari (ketika ia sudah lebih besar) berkembang menjadi asma, atau gejala alergi lain.

Namun, dr. Zaki menambahkan, itu hanya terjadi jika eksim pada anak tidak tertangani dengan baik. Biasanya terjadi pada anak usia di atas 3 tahun. “Dermatitis atopik umumnya akan hilang pada usia 2-3 tahun, tapi kalau alerginya berat bisa sampai dewasa. Ini yang bisa berubah jadi asma,” katanya.

Pengobatan dermatitis atopik

Dr. Zaki menjelaskan, eksim bukan penyakit yang membahayakan, namun mengganggu. “Karena bisa membuat bayi menjadi tidak bisa tidur. Itu sebabnya tidak cukup hanya dengan menghindari penyebab alerginya, tapi juga memberi obat,” ujarnya.

Tujuan utama pengobatan adalah menghilangkan rasa gatal, memperbaiki kulit dan mencegah infeksi. Pengobatan DA melibatkan banyak hal, pemberian antiradang dengan kortikosteroid topikal dan / atau topical calcineurin inhibitors (TCIs).

Penggunan lini pertama antihistamin menyasar pada efek sedatifnya, untuk membantu pasien yang mengalami gangguan tidur. Kortikosteroid sistemik dapat diberikan pada kasus berat yang tidak bisa ditangani dengan terapi topikal.

Kunci terapi dermatitis atopik adalah menjaga kelembaban kulit, dengan mandi 2 kali sehari menggunakan air hangat (10-15 menit). Saat kulit terasa sangat kering dan gatal, losion atau salep pelembab dianjurkan untuk membuat kulit menjadi lebih lembab.

Salep lebih efektif dibanding krim pada kulit yang sangat kering karena mencegah kulit terkelupas ketika digaruk. Tindakan ini biasanya dilakukan saat kulit masih sedikit basah, seperti saat habis mandi sehingga losion yang dioleskan akan mempertahankan kelembaban kulit.

Sementara pemberian salep antiradang (kortikosteroid), adalah untuk mengurangi efek kemerahan – peradangan, dan sebagai imunosupresan. Topical calcineurin inhibitors (TCIs) atau digunakan sebagai pengobatan lini ke-2 pada DA ringan-sedang. (jie)

Baca juga : Eksim Susu, Gejala, Penyebab dan Pengobatannya