Vaksinasi Cegah Pembunuh Utama Balita | OTC Digest

Vaksinasi Cegah Pembunuh Utama Balita

Data UNICEF, pneumonia atau radang paru merupakan pembunuh utama balita (di bawah 5 tahun). Pada 2015, pneumonia menyebabkan 5,9 juta kematian balita, atau 13% dari total kematian pada anak. Bila dijumlah dengan kematian akibat pneumonia pada bayi baru lahir (neonates), angkanya 16%.

Indonesia masuk peringkat 10 besar angka kematian balita tahun 2015; 17% karena pneumonia. Di indonesia, 2-3 balita meninggal setiap jam akibat pneumonia. “Data dari RS, pneumonia merupakan penyebab kematian anak nomor tiga; dua kematian lain terkait dengan bayi baru lahir,” terang dr. Nastiti Kuswandani, Sp.A(K), Ketua UKK Respirologi PP IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), dalam diskusi Harapan Baru Eradikasi Pneumonia di Indonesia, yang diselenggarakan Forum Ngobras di Jakarta, 10 Maret 2017.

“Kematian akibat pneumonia pada anak disebabkan kekurangan oksigen; yang paling parah di otak dan jantung,” ujar dr. Nastiti. Pneumonia membuat jaringan paru meradang hingga fungsi mengambil oksigen terganggu. Jaringan paru makin rusak, oksigen dalam tubuh berkurang, anak bisa meninggal.

Pneumonia 50% disebabkan infeksi bakteri Streptococcus pneumoniae. Kualitas udara yang buruk misalnya paparan asap rokok, asap dari dapur dan obat nyamuk turut meningkatkan risiko pneumonia. Zat-zat ini bersifat iritan, menurunkan daya tahan saluran nafas hingga infeksi mudah terjadi.

 

Di Lombok

Lombok termasuk daerah dengan angka kematian bayi akibat pneumonia yang tinggi (76,73%) pada 2014. Penelitian Prof. DR. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, Sp.A (K), tahun 2012 menemukan 33% anak terinfeksi S. pneumonia dari 1.200 sampel.

Penyebabnya masalah lingkungan dan perilaku masyarakat. Selain faktor lingkungan yang padat dan kumuh, ada sentra pembuatan tempe dan tahu. “Pembakarannya menggunakan ban bekas. Asap dan jelaganya menyebar kemana-mana. Jumlah perokok juga tinggi,” jelas Wiji Johar Santoso dari LSM Mitra Samya, Lombok.

Vaksinasi bisa mengurangi pneumonia hingga 49%. Lombok akan dijadikan pilot project vaksinasi pneumonia; akan dimulai Oktober 2017 di Lombok Barat dan Lombok Timur.  “Vaksin antara lain diberikan di Posyandu, dengan sasaran 39.397 bayi,” papar dr. Wiendra Woworuntu M.Kes, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kementerian Kesehatan. Akan dilakukan surveilans minimal 3 tahun, untuk menilai kemungkinan vaksin pneumonia menjadi program nasional.

Vaksin PCV 13 diberikan dengan dosis 2+1; 2x vaksin utama (usia 2 dan 3 bulan) dan 1x booster (penguat) di usia 12 bulan. Sedikit berbeda dengan jadwal vaksin IDAI 3+1 (usia 2, 4, 6 bulan) dan booster usia 12 bulan. “Dengan pertimbangan biaya dan manfaat, pemberian vaksin 2+1 cukup baik perlindungannya,” ucap dr. Nastiti.

Di usia 2 bulan, anak juga mendapat vaksin DTP. Jangan khawatir bila anak mendapat suntikan DTP dan PCV 13 sekaligus. “Satu kali kunjungan mendapat dua – tiga suntikan vaksin tidak apa-apa, aman,” tegas dr. Nastiti. (nid)