Stimulasi Penting untuk Perkembangan Anak, Lakukan Sejak saat Hamil | OTC Digest

Stimulasi Penting untuk Perkembangan Anak, Lakukan Sejak saat Hamil

Janin yang masih dalam kandungan bisa merasakan lingkungan sekitarnya, meski ia tidak berinteraksi langsung dengan dunia luar. “Saat di dalam kandungan, air ketuban tidak hanya melindungi janin, tapi juga memberikan stimulasi,” terang dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), MPH. Ketika ibu mengelus-elus perut misalnya, janin pun bisa merasakannya. Dan begitu ia lahir, indra-indra bayi sudah mulai berkembang. karenanya, penting untuk  melakukan stimulasi multi sensori (melibatkan berbagai indra) sejak dini, untuk kehidupan bayi selanjutnya

Selama ini kita mengenal panca indra (visual/penglihatan, penciuman, auditori/pendengaran, taktil/raba, dan pengecapan. Kini, dikenal pula indra proprioseptif dan vestibular, hingga istilahnya sapta indra. “Vestibular itu berhubungan dengan keseimbangan, sehingga tidak terjatuh-jatuh saat berjalan. Sedangkan proprioseptif itu seperti filter di dalam tubuh, yang membuat kita mengetahui, kira-kira posisi tubuh ada di mana. Misalnya kita menutup mata, kita tahu tangan kita ada di mana,” papar dr. Bernie.

Dokter konsultan Tumbuh Kembang anak ini melanjutkan, stimulasi multi sensori akan bermanfaat bila dilakukan secara bersamaan, terintegrasi, dan terkait satu sama lain. “Stimulasi dini adalah cikal bakal proses pembelajaran. Memberikan nutrisi dan stimulasi adalah hal terpenting dalam kehidupan bayi agar tumbuh kembangnya optimal, dan ini akan berpengaruh di kemudian hari,” tuturnya. Lakukan stimulasi indera secara bersamaan; jangan hanya merangsang satu indra. Yang pasti, “Stimulasi harus dilakukan berulang-ulang, tidak cukup sekali lalu selesai.”

Lakukan stimulasi sejak bayi belum lahir. Pendengaran janin sudah mulai berkembang saat ia berusia 23 minggu di dalam kandungan. Ajaklah si kecil mengobrol.  Bacakan pula cerita, dan nyanyikan lagu pengantar tidur untuknya.  Saat itu memang janin belum mengerti, tapi ia sudah mengenal ada suara. “Dia tidak tahu itu suara siapa, tapi setelah beberapa saat merasa familiar. Lama-lama ia tahu kalau itu suara ibunya, yang lain itu suara ayah. Itulah proses,” ujar dr. Bernie.

Begitu bayi sudah lahir, tentu makin banyak stimulasi yang bisa dilakukan. Stimulasi bukan melulu melibatkan permainan canggih atau interaksi yang meriah. Hal sederhana dan sehari-hari seperti mendekap, memijat, dan memandikan bayi, juga termasuk stimulasi. Saat memandikan bayi misalnya, lakukan kontak mata dengannya. Dan jangan ragu untuk menyanyi, bahkan mengajaknya ngobrol.

“Semua itu akan memberi stimulasi taktil, visual, sekaligus auditori. Kontak mata sangat penting. Banyak sekali penelitian yang menunjukkan, dengan melakukan kontak mata, bayi akan menatap ibunya lebih lama,” ujar dr. Bernie. Sebaliknya bila ibu jarang menatap bayinya, bayi lebih cemberut.

Aroma dari sabun cair menambah stimulasi penciuman. Sabun dengan aroma tertentu misalnya lavender, membantu membuat bayi rileks. Ini terlihat melalui penelitian yang menemukan bahwa kadar kortisol (hormon stres) pada saliva (air liur) bayi lebih rendah pada bayi yang dimandikan dengan sabun yang aromanya sesuai. “Bau yang menyenangkan itu akan membuat bayi tenang, perhatian dan mood-nya lebih bagus,” imbuhnya.

Teruskan kebiasaan menyanyikan lagu pengiring tidur, seperti saat ia masih di kandungan dulu, “Menyanyikan lagu pengiring tidur akan meningkatkan kualitas tidur bayi.” Menurut penelitian, 72% bayi prematur kualitas tidurnya lebih baik dengan dinyanyikan. Bagaimana kalau suara ayah/ibu fals alias sumbang? “Bayi tidak akan protes. Nyanyi saja,” pungkas dr. Bernie. (nid)

____________________________________________

Ilustrasi: Baby photo created by freepik - www.freepik.com