Stimulasi Otak Sejak Dini (Bagian 2) | OTC Digest
stimulasi_anak_sejak_dini

Stimulasi Otak Sejak Dini (Bagian 2)

Selain genetik, faktor luar berupa nutrisi dan stimulasi sangat berpengaruh. Nutrisi dan stimulasi yang baik sejak anak masih dalam kandungan dan dilanjutkan setelah ia lahir, akan sangat membantu perkembangan otaknya. Berikut wawancara dengan dr. Uf Bagazi, Sp.OG dan dr. Attila Dewanti, Sp.A(K).

 

Bagaimana setelah anak lahir?

Dr. Atilla: Saat lahir, berat otak 400 gr, tapi dalam 24 bulan pertumbuhannya sangat pesat  sampai 1.200 gr. Setelah itu berhenti dan bertambah sedikit, yakni 1.400 gr hingga dewasa. Jadi, dua tahun pertama kehidupan adalah golden period. Kualitas otak dipengaruhi oleh banyaknya sel otak, yakni titik-titik di otak yang belum saling berhubungan. Kualitas otak juga ditentukan oleh faktor eksternal, yakni asupan nutrisi dan stimulasi.

Cara mudah dan murah memberi nutrisi pada si kecil yakni ASI (air susu ibu). Tuhan sudah mempersiapkannya kepada ibu, tinggal pilih: ibu mau menyusui atau tidak? Paling baik, ASI eksklusif selama 6 bulan. Keistimewaan ASI, kandungannya pas untuk bayi, dan diproduksi sesuai tumbuh kembang dan kebutuhan bayi; kandungan gizinya berbeda setiap hari. Juga mengandung enzim, hormon dan lactoferrin antibody, yang tidak terdapat di susu formula.

Lewat usia 6 bulan, mulai diberikan makanan padat. Otot mulut anak perlu dilatih. Dengan mengunyah bubur, otot motorik bayi akan terlatih.

 

Bagaimana agar titik-titik di otak saling terhubung?

Dengan stimulasi. Tidak perlu mahal. Cukup dengan memeluk, mencium dan menimangnya ketika anak menangis. Bernyanyi dan mengajak ngobrol sambil mengganti popok, akan membentuk serabut halus seperti benang di sel-sel otak. Lama kelamaan antara satu benang dengan yang lain tersambung dan terhubung, sehingga terbentuk serabur saraf yang kompleks; inilah sinaps. Makin banyak sinaps yang terbentuk, makin kompleks kemampuan otak anak, yang berarti anak makin pintar.

Percuma bila kita menyediakan anak kamar yang bagus dan pengasuh-pengasuh yang handal, tapi kita sebagai orangtua terlalu sibuk bekerja hingga lupa menyapa anak. Lebih baik anak dibiarkan bermain di tempat biasa, tapi kita meluangkan waktu bersamanya sepulang kerja. Cukup 1-2 jam untuk memeluk, mengajak bermain, atau memandikan. Mandikan aanak sambil bercanda; itu sangat baik untuk merangsang pertumbuhan otaknya.

Berikan mainan dan stimulasi sesuai usianya. Tunjukkan dan gerakkan mainan agar matanya mengikuti pergerakan mainan. Jangan berikan mainan kliningan yang digantung di atas kepala. Posisikan diri kita sebagai si kecil: melihat ke atas mengikuti gerak mainan; pusing. Letakkan saja mainan di samping, agar dia melihat dari samping.

Usia 3-6 bulan bisa diberi teether (gigitan) karena mulai tumbuh gigi. Usia 5 bulan, ajak anak main ci-luk-ba. Kalau usia 7 bulan belum bisa main ci-luk-ba, bawa ke dokter. Takutnya dia autis. Usia 1 tahun mainan perlu yang lebih kompleks, misalnya mainan tumpuk donat. Berikan krayon untuk melatih otot motoriknya. Usia 1 tahun, anak harus sudah bisa mencoret-coret. Sediakan waktu 1 jam untuk dia mencorat-coret. Anak sekarang banyak yang tidak bisa menulis, karena sering main komputer tablet. Pilih krayon yang aman, karena anak masih suka memasukkan benda-benda ke mulutnya.

Usia 3 tahun, berikan pinsil, jangan krayon lagi. Anak harus belajar memegang pinsil tegak. Ada pinsil yang bentuknya segitiga sehingga anak bisa memegangnya dengan baik. Ini  baik untuk mendukung agar tulisannya bagus.

Pengganti Ikan Laut di Trimester I

Ikan laut yang berminyak seperti tuna, salmon dan makarel merupakan sumber DHA yang sangat baik. Namun di trimester pertama, ibu tidak dianjurkan mengonsumsi jenis ikan ini, karena sering terkontaminasi logam berat seperti merkuri. Sebagai gantinya, konsumsi kacang-kacangan seperti walnut, almond dan kacang mede, juga biji rami (flax seed) sebagai sumber ALA, yang akan diubah menjadi DHA di dalam tubuh. (nid)

_________________________________

Ilustrasi: rawpixel / Pixabay.com