Sering Nonton TV, Ganggu Kecerdasan | OTC Digest

Sering Nonton TV, Ganggu Kecerdasan

 

Layar kaca (TV, komputer, HP) sudah menjadi keseharian anak-anak. Menurut psikolog anak Elly Risman, S.Psi, frekuensi anak Indonesia nonton TV 5-6 jam/ hari, atau 1.560-1.820 jam/ tahun. Berarti, anak Indonesia menghabiskan waktu di depan TV 2x lipat dari anak Australia, 3x lipat anak Amerika dan 5x lipat anak Kanada!

 

Layar TV menyebabkan mata dan kecerdasan anak terganggu. “Anak belajar melalui 3 jalur:  penglihatan (visual), pendengaran (audio) dan gerakan (kinestetis). Terlalu banyak nonton TV, main games, internetam dan HP, akan mengganggu proses belajar anak melalui penglihatan,” ujar psikolog anak Elly Risman.

 

Saat nonton TV, posisi mata hanya melihat ke satu arah. Tubuh tidak bergerak. Padahal, sambungan-sambungan sinaps atau kaitan antarsel otak ditentukan oleh gerakan tubuh. Berlama-lama di depan TV, akan mengurangi kesempatan otak berpartisipasi aktif. “Anak jadi kurang mengeksplorasi dunia sekitar, membuat perkembangannya tidak berjalan baik,” ujar dr. Hardiono D. Puponegoro, SpA(K) dari RSCM, Jakarta.

 

Kecerdasan berkembang sampai remaja. Tapi sinaps, pendengaran dan penglihatan selesai pada usia 3 tahun. Saraf kecerdasan bicara sempurna pada usia 5 tahun. Perubahan warna, gerak dan suara di layar TV, berlangsung 2-3 detik. Kemampuan otak anak menyampaikan informasi antarsinaps sekitar 4-6 detik. Bila anak usia 1-3 tahun sering nonton TV, ia hanya memiliki perhatian 2-menit. “Anak akan menghindari pekerjaan yang perlu konsentrasi lama, seperti membaca buku,” ujar dr. Hardiono.

 

Penelitian Frederick J. Zimmerman tentang pengaruh TV terhadap kemampuan kognitif, setiap jam anak < 3 tahun nonton TV berturut-turut terjadi penurunan 0,30 poin, 0,58 poin dan 0,10 poin di uji membaca, membaca komprehensif dan memori.

 

Penelitian lain menunjukkan, terjadi gangguan pola tidur pada anak yang rata-rata nonton TV 2,07 jam/ hari. Gangguan berupa terlambat tidur, kurang tidur, cemas, terbangun malam dan mengantuk di siang hari.

 

Dr. Hardiono menyarankan agar orangtua melakukan beberapa hal:

·               Atur/batasi waktu nonton TV, imbangi dengan kegiatan pengganti yang lebih menantang, menyenangkan dan lebih sehat.

·               Pekerjaan rumah didahulukan, tanpa menghidupkan TV.

·               Negosiasikan jumlah jam dan jenis acara yang perlu ditonton.

·               Jadikan TV sebagai media belajar dengan duduk bersama anak, diskusi dan membantu menafsirkan apa yang dilihat.

·               Buat kesepakatan mengenai fasilitas komputer, TV, HP, play station, dll. (jie)