Salah Kaprah Terapi Uap untuk Hidung Mampet | OTC Digest

Salah Kaprah Terapi Uap untuk Hidung Mampet

Kita kerap mendengar saat hidung anak mampet diuap saja. Tapi benarkan terapi uap efektif untuk mengatasi hidup mampet dan meler.

Hidung meler dan mampet menandakan adanya peradangan di saluran napas bagian atas, dalam dunia medis disebut sebagai rinitis. Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2007 mencatat, sekitar 24,3% anak-anak di seluruh Indonesia pernah menderita rinitis.

Rititis bisa disebabkan oleh infeksi > 100 jenis virus, termasuk coronavirus, rhinovirus, metapneumovirus, enterovirus, dan parainfluenza. Rinitis biasa juga disebut selesma (common cold). Atau, faktor alergi (ritinis alergi). Dr. Wahyuni Indawati, SpA(K), dari Departemen Medik Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta, menjelaskan gejala pilek, hidung meler, bersin, sampai mampet bisa menjadi masalah jika terjadi pada bayi.

“Bayi belum pintar menggunakan mulut sebagai saluran napas, masih sangat tergantung pada hidung. Jika hidungnya mampet akan membuatnya sulit bernapas,” paparnya.

Ia menambahkan kerap kali orangtua memakai terapi uap (nebulizer) untuk mengatasi hidung mampet. Tindakan ini tidak tepat, terapi uap dipakai untuk gangguan saluran napas bawah, misalnya akibat asma.

“Sementara rinitis adalah gangguan di saluran napas atas. Obatnya melalui intranasal (lewat hidung), bisa berbentuk tetes, semprot atau cuci hidung,” katanya. “Atau banyak-banyak minum sehingga lendir encer dan mudah keluar. Tapi jika pilek disebabkan reaksi alergi diobati dengan antihistamin (antiradang).”

Rinitis sangat berpotensi mengganggu, karena membuat anak rewel dan sulit tidur, sehingga mengganggu kualitas tidurnya. Asia Pacific Allergy 2011 mencatat, meskipun tidak tergolong sebagai penyakit mematikan, rinitis terbukti mengurangi produktivitas dan kualitas hidup keluarga, sekaligus berpotensi menimbulkan beban ekonomi tambahan.

Cuci hidung

Prof. Chua H. Antonio dari Chinese General Hospital And Medical Center, Manila, dalam kesempatan yang sama mengungkapkan, salah satu terapi pengobatan rinitis menggunakan cuci hidung memakai cairan garam (NaCl).

NaCl merupakan cairan yang normal diproduksi tubuh, biasa juga dipakai sebagai cairan infus. Sehingga saat didimasukkan ke hidung tidak menimbulkan reaksi menyengat (tubuh tidak menganggapnya sebagai zat lain). Tujuan terapi ini adalah untuk mengeluarkan lendir dan kotoran hidung.

Baca juga : Cuci Hidung Setiap Hari Sehatkan Saluran Napas

“Cuci hidung bisa memakai dua metode; volume banyak tekanan rendah, atau volume sedikit tekanan tinggi,” terangnya. Metode pertama dengan memasukkan cairan NaCl ke dalam wadah kemudian menuangkannya ke salah satu sisi hidung, efek grafitasi atau dengan menekan wadah akan memberikan tekanan rendah yang kemudian mendorong lendir keluar dari lubang hidung sebelahnya.

Cara kedua harus menggunakan alat khusus untuk menyalurkan tekanan tinggi untuk menyemprot cairan NaCl dalam waktu singkat.

Metode cuci hidung dengan tekanan rendah bisa dilakukan sendiri di rumah. Yang perlu diperhatikan adalah saat memasukkan ujung alat, arahkan sedikit miring ke cuping hidung (bukan tegak lurus).

Berbeda dengan flu

Salah kaprah lain yang masih banyak terjadi adalah menyebut selesma sebagai flu, yang notabene disebabkan oleh infeksi virus influenza.”Yang terjadi di masyarakat adalah flu dipakai untuk mengartikan gejala hidung meler, pilek, mungkin ada radang tenggorok, padahal ini adalah gejala rinitis. Dan flu sebagai penyakit karena infeksi virus influenza,” papar dr. Darmawan Budi Setyanto, SpA(K).

Virus influenza adalah salah satu penyebab selesma. Yang mana jika tidak diobati bisa menjadi infeksi yang lebih parah, misalnya pneumonia.  

 Pada dasarnya selesma akan sembuh sendiri dalam 10 hari. “Tapi jika dalam waktu > 10 hari tidak sembuh, atau dari awal sakit sudah berat, atau gejala sempat membaik kembali memburuk, kemungkinan besar disebabkan infeksi bakteri,” tambah dr. Darmawan. Pada kondisi seperti ini antibiotik baru diberikan. (jie)