Penderita Hemofilia Anak Tetap Bisa Sunat, Asal… | OTC Digest

Penderita Hemofilia Anak Tetap Bisa Sunat, Asal…

Sunat (sirkumsisi) selain menjadi bagian dari tradisi di banyak masyarakat tradisional, dari sisi medis mampu mencegah berbagai macam penyakit berbahaya. Tetapi bagaimana bagi para penderita hemofilia?

Pada penderita hemofilia terjadi gangguan faktor pembekuan darah sehingga jika penderita mengalami luka, darah sulit membeku.

Dalam keadaan normal, protein yang menjadi faktor pembeku darah membentuk jaring penahan di sekitar platelet (sel darah) sehingga dapat membekukan darah dan pada akhirnya menghentikan perdarahan.

Pada penderita hemofilia, kekurangan protein yang menjadi faktor pembeku darah tersebut mengakibatkan perdarahan terjadi secara berkepanjangan.

Sehingga jika penderita hemofilia akan melakukan sunat, risiko perdarahan tetap ada. Namun bukan berarti penderita hemofilia anak tidak bisa disunat.

“Sebelum sunat, ada proses pengobatan lebih dulu. Biasanya anak tersebut akan mendapat transfusi faktor pembekuan dulu. Setelah faktor pembekuannya cukup, baru bisa disunat,” terang dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, pendiri Klinik Sunat dr. Mahdian, di Jakarta.

Lebih jauh, Ia menerangkan, melalui proses tersebut penderita hemofilia dapat dengan aman melakukan tindakan sunat. “Saat kulup terpotong luka dapat menutup seperti pada anak normal. Penambahan faktor pembekuan tadi mampu bertahan dalam beberapa minggu, sementara penyembuhan luka biasanya membutuhkan waktu sekitar 5 hari. Sehingga ketika faktor pembekuan itu turun, luka sudah sembuh,” urai dr. Mahdian dalam acara Revolusi Sunat Tanpa Jarum Suntik, yang berlangsung 18 Juni 2019 lalu.  

Teknik sunat

Yang tak kalah penting adalah memilih teknik sunat untuk penderita hemofilia. Terdapat beberapa taknik sunat yang banyak dipakai.

Pertama, metode dorsumsisi (teknik konvensional) menggunakan gunting atau pisau bedah untuk memotong kulup melingkari glans (kepala) penis.  Kedua, tekinik electric cauter (laser) memakai  alat dari besi yang dialiri listrik sehingga menimbulkan panas, untuk memotong kulup. Metode ini dapat meminimalisir perdarahan. Teknik ini adalah yang paling banyak dilakukan di Indonesia.

Ketiga, dengan teknik klamp . Metode ini dilakukan dengan memasangkan tabung plastik sekali pakai di glans penis. Alat klamp menjepit kulup yang akan dipotong. Pendarahan sangat sedikit dan cukup waktu <10 menit. Kulup yang terpotong ditekan hingga menempel, menggunakan klem. Tidak ada jahitan sehingga mengurangi risiko infeksi.

“Untuk penderita hemofilia sebaiknya pilih teknik klamp, karena perdarahannya minimal, tidak perlu jahitan atau perban. Dan secara estetis hasilnya lebih baik,” pungkas dr. Mahdian. (jie)

Baca juga : Jangan Lagi Takut Disunat, Sekarang Ada Sunat Tanpa Jarum Suntik